Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PHRI Beberkan Tantangan Pariwisata Agar Bisa Berkelanjutan

PHRI menilai destinasi wisata perlu diperhatikan keberlangsungannya untuk menjaga agar tetap berjalan dan tidak hanya bergantung pada event tahunan.
Tamu W Bali Seminyak juga dapat bersantai di akhir pekan dengan menikmati pemandangan sunset dengan alunan musik pada 27 Maret 2021. /W Bali
Tamu W Bali Seminyak juga dapat bersantai di akhir pekan dengan menikmati pemandangan sunset dengan alunan musik pada 27 Maret 2021. /W Bali

Bisnis.com, JAKARTA – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menjelaskan untuk membangun hotel dan membuat destinasi pariwisata, wajib melihat potensi alam yang ada, serta prospek jauh ke depan.

Melihat kondisi Indonesia saat ini, tidak mudah membuat destinasi yang berbasis create event. Ada beberapa infrastruktur dan venue yang dahulu dibangun untuk acara PON dan Asian Games yang belum diketahui keberlanjutan aktivitasnya.

Hal ini yang wajib dihindari dalam membangun destinasi super prioritas, yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang.

Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran mengatakan bahwa keberlanjutan acara menjadi tantangan tersendiri dalam dunia pariwisata.

“Kita harus ingat bagaimana pun destinasi-destinasi yang dibuat tujuannya adalah mendatangkan event, ini selalu permasalahan kita adalah kontinuitas event,” kata Maulana, Minggu (13/3/2022).

Dari segi penginapan, Maulana menjelaskan bahwa hotel tidak dapat bergantung pada acara besar saja dan wisatawan mancanegara (wisman) saja. Berkaca dari pandemi ini, jangan sampai kehidupan pariwisata terpuruk karena mengandalkan wisman.

Dia yakin bahwa setiap hotel memiliki inovasi dan kreativitas sendiri dalam mendatangkan tamu, tetapi perlu adanya bantuan dari berbagai pihak seperti pemerintah daerah. Setiap hotel pun memiliki calendar of event (COE) masing-masing, namun tidak sebesar yang dibuat pemerintah.

“Hotel pasti punya COE, tapi tidak bisa mengandalkan hanya hotel saja, butuh bantuan pemerintah,” lanjutnya.

Maulana melihat Pemda setempat harus turut melakukan pemasaran untuk meningkatkan traffic. Dia menjelaskan, hotel dan restoran di setiap ibu kota provinsi menjadi penyumbang terbesar pendapatan lebih dari Rp1 triliun.

Jika ada destinasi wisata yang hanya mengandalkan acara tahunan atau momen tertentu, para pelaku usaha tidak dapat menopang terus menerus usahanya. Menurutnya, Pemda dapat ambil bagian dalam rangka promosi menggunakan biaya yang telah dipungut.

“Pajak yang dipungut dari pengunjung, itu juga harus di-spending biaya promosi, jadi jangan semua biayanya dibebankan ke pelaku,” pungkas Maulana.

Semua pihak baik pemerintah dan pelaku wajib terlibat untuk menaikkan traffic wisata. Maulana mengambil contoh Mandalika yang menjadi sport tourism dengan adanya sirkuit berkelas internasional.

Lebih lanjut, Maulana mengatakan masih banyak yang harus ditingkatkan dari Mandalika terutama akomodasi. Belum banyak hotel yang dibangun pada lokasi tersebut padahal sudah mulai acara internasional yang digelar, sehingga terjadi kesenjangan antara kebutuhan dan permintaan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper