Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Ekspor Bahan Mentah Sejak Era VOC, Jokowi: Kita Dapat Apa?

Jokowi mulai menghentikan ekspor nikel sejak 2020 lalu untuk memberikan manfaat dan peluang jangka panjang. Ekspor bahan mentah diketahui telah dilakukan sejak era VOC.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Puncak Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2022, Rabu (9/2/2022), secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat - BPMI Setpres
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Puncak Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2022, Rabu (9/2/2022), secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat - BPMI Setpres

Bisnis.com, JAKARTA - Sejak 2020, Pemerintahan Jokowi perlahan mulai menghentikan ekspor bahan mentah sebagai wujud transformasi ekonomi.

Dalam posisi ini, dibutuhkan keberanian transformasi ekonomi untuk memberikan manfaat dan peluang jangka panjang akan menjadi lebih baik.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Indonesia tidak akan mendapatkan nilai tambah dengan mengekspor bahan mentah.

"Kita sudah berpuluh-puluh tahun, bahkan beratus-ratus tahun  kita selalu ekspor yang namanya bahan mentah. Sejak VOC loh ini, kita mengekspor bahan mentah sampai sekarang. Kita tidak mendapatkan nilai tambah," kata Jokowi dalam dalam Sidang Senat Terbuka dalam Dies Natalis ke-46 UNS di Surakarta, Jumat (11/3/2022).

Jokowi telah menyampaikan kepada seluruh menterinya untuk mulai menghentikan ekspor bahan mentah, yang dimulai dengan dihentikannya ekspor nikel.

Tujuh tahun lalu saat Indonesia masih rutin melakukan ekspor nikel, bahan mentah kira-kira mencapai US$1,5 miliar. Kemudian, sejak hadirnya hilirisasi dimana bahan mentah ini diolah setengah jadi atau jadi sebelum diekspor, menjadi US$20,8 miliar.

"Baru satu barang. Padahal kita memiliki bauksit, tembaga, timah, emas dan komoditas-komoditas perkebunan dan pertanian. Kalau ini satu per satu kita memiliki keberanian untuk bilang stop, muncul angka-angka yang saya sampaikan," ujarnya.

Di lain sisi, hilirisasi tersebut tentunya dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Kementerian Keuangan juga bisa memungut pajak, PPh, PPn, bea ekspor, hingga PNBP.

Selain itu, investasi dalam negeri akan meningkat, dimana ada capital inflow yang memunculkan nilai tambah yang luar bisa.

Barang-barang seperti kendaraan listrik, sodium, ion dan lainnya akan diproduksi di dalam negeri lantaran bahan bakunya dari Indonesia sudah dihentikan.

Langkah yang diambil tak lantas menjadikan Indonesia sebagai negara yang tertutup. Dalam G20 di Italia, Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia terbuka. Namun, Jokowi meminta agar industri yang ada separuhnya di bawa ke Indonesia. Ini bisa dilakukan melalui kerjasama dengan BUMN, swasta ataupun secara mandiri, asalkan di Indonesia.

"Enak banget kita setorin mereka bahan bakunya. Nilai tambahnya bisa sampai 14-20 kali lipat daripada kita hanya setor material. Pajak mereka yang dapat, pembukaan lapangan kerja mereka yang dapat, terus kita dapat apa?" ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper