Bisnis.com, JAKARTA - Pengusaha kabel dalam negeri tengah ketar-ketir terpukul kenaikan harga komoditas, khususnya tembaga dan aluminium. Keduanya merupakan material utama pembuatan konduktor kabel.
Asosiasi Perusahaan Kabel Listrik Indonesia (Apkabel) mencatat kenaikan harga dua material utama tersebut sudah mencapai 40 persen. Di sisi lain, pergerakan minyak dunia juga berdampak pada melambungnya harga sejumlah bahan pendukung isolator fiber optic berupa beberapa jenis plastik.
Ketua Umum Apkabel Noval Jamalullail mengatakan industri kabel sebenarnya sudah mulai akan bangkit pada awal tahun ini. Kondisi utilitas kapasitas produksi juga terpantau membaik. Sayangnya, industri kembali terpukul oleh kenaikan harga komoditas sebagai imbas invasi Rusia ke Ukraina.
"Saat ini naiknya gila-gilaan, lebih dari 40 persen. Ini jadi force majeure. Kami tidak ikut perang, tetapi kami kena dampaknya," kata Noval saat dihubungi Bisnis, Kamis (10/3/2022).
Dia melanjutkan, kabel listrik dengan konduktor aluminium hampir seluruhnya dipesan oleh PT PLN (Persero). Sedangkan, PLN menetapkan sistem kontrak satu tahun dengan harga flat.
Hal itu menjadi masalah karena kontrak ditandatangani harga komoditas belum setinggi saat ini. Noval sudah melakukan komunikasi dengan PLN agar kontrak yang ada tidak dilanjutkan. Dengan nilai kontrak mencapai ratusan miliar rupiah, selisih antara harga kesepakatan dan biaya produksi aktual, pabrikan akan terpukul kerugian besar.
Baca Juga
"Kami dapat marjin cuma 5 persen sampai 10 persen, sementara kenaikan material 30-40 persen, berarti kan sudah jelas kami rugi 20-25 persen,"
Sedangkan pada segmen kabel telekomunikasi, juga tengah terjadi kelangkaan fiber core dengan kenaikan harga yang juga tinggi.
Menurut catatan Kementerian Perindustrian, industri kabel domestik diisi oleh 54 pabrikan yang bergerak di sektor kabel listrik dengan kapasitas produksi kabel dan konduktor tembaga sebesar 450.000 ton per tahun. Sedangkan untuk produksi kabel dan konduktor aluminium mencapai 250.000 ton per tahun.
Awalnya Noval memproyeksikan produksi kabel dapat tumbuh hingga 20 persen tahun ini. Namun, melihat situasi ketidakpastian akibat Rusia-Ukraina, dia menurunkan proyeksi pertumbuhan tahun ini menjadi 10 persen saja.