Bisnis.com, JAKARTA — Beberapa produk kabel dan turunannya mencatatkan nilai tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sangat tinggi. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan produk bare cable conductor dan low voltage cable, misalnya telah mencapai nilai TKDN sebesar 95 persen, artinya telah melampaui angka minimum.
"Sehingga menyandang predikat wajib beli,” kata Agus pada acara peresmian pabrik pertama PT LSAG Cable Indonesia di Karawang, Rabu (26/1/2021).
Industri kabel domestik saat ini diramaikan oleh 54 pabrikan yang bergerak di sektor kabel listrik dengan kapasitas produksi kabel dan konduktor tembaga sebesar 450.000 ton per tahun. Sementara itu untuk produksi kabel dan konduktor aluminium mencapai 250.000 ton per tahun.
Adapun, nilai TKDN untuk kabel jenis telekomunikasi dan kabel khusus masih perlu ditingkatkan. Oleh karenanya, fokus pengembangan akan diarahkan pada pengembangan industri bahan baku utamanya, yaitu inti kabel.
"Saat ini, industri dalam negeri yang bergerak di sektor kabel telekomunikasi berjumlah 13 perusahaan dengan kapasitas produksi fiber optic cable telah mencapai 240.000 km per tahun," ungkapnya.
Pengembangan industri kabel juga merupakan bagian dari upaya penghiliran yang tengah digalakkan pemerintah untuk peningkatan nilai tambah di dalam negeri.
Sebagai ilustrasi, penghiliran bijih tembaga menjadi kawat konduktor akan meningkatkan nilai tambah dari US$3.900 per metrik ton menjadi US$8.000 per metrik ton atau naik sekitar dua kali lipat.
"Selain itu, penghiliran bijih bauksit ke kawat konduktor akan menghasilkan nilai tambah sebesar 68 kali lipat, yaitu dari nilai US$95 per metrik ton menjadi US$6.500 per metrik ton," imbuhnya.
Sementara itu, Asosiasi Perusahaan Kabel Listrik Indonesia (Apkabel) memproyeksikan permintaan pada tahun ini akan tumbuh 20 persen seiring pemulihan ekonomi dan bergeliatnya sektor konstruksi dengan utilitas diperkirakan 70 persen hingga 75 persen.
Menurut catatan Apkabel, industri kabel listrik domestik memiliki kapasitas produksi kabel transmisi bawah tanah berkapasitas 50 Kilo Volt (KV) hingga 150 KV sepanjang 3.420 km per tahun. Adapun, permintaan kabel listrik layang dengan kapasitas 150 KV hingga 500 KV untuk transmisi dari pembangkit ke gardu mencapai sekitar 64.400 Km per tahun.