Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Produsen Batu Bara Indonesia Antisipasi Pembatasan Ekspor

Harga batu bara Newcastle acuan Asia melonjak 35 persen ke rekor baru US$ 353,75 per ton pada hari Jumat, menurut indeks mingguan yang disusun oleh IHS Markit dan Argus.
Faustina Prima Martha
Faustina Prima Martha - Bisnis.com 08 Maret 2022  |  17:48 WIB
Produsen Batu Bara Indonesia Antisipasi Pembatasan Ekspor
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (14/1/2022). ANTARA FOTO - Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha sektor batu bara tengah mengantisipasi potensi diberlakukannya pembatasan terhadap ekspor pada tahun ini. 

Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Pandu Sjahrir mengingatkan potensi disrupsi kelancaran pasokan domestik di tengah disparitas harga ekspor internasional. Hal itu seiring lonjakan harga komoditas tersebut secara global. 

Potensi pembatasan ekspor itupun bisa dipicu dari pasokan yang berkurang. Gejolak ini akan sangat terasa pada April atau Agustus - ketika produksi tambang biasanya lebih rendah - untuk memastikan pembangkit listrik lokal memiliki pasokan yang cukup. 

“Ada potensi gangguan [jika pemerintah terpaksa membatasi ekspor] seperti yang terjadi pada Januari lalu,” kata Sjahrir dilansir dari Bloomberg, Selasa (08/03/2022).

Indonesia menghentikan ekspor pada Januari setelah sekitar 20 pembangkit listrik memperingatkan bahwa mereka menghadapi penutupan karena berkurangnya stok dan tekanan pada pasokan bahan bakar. Harga batu bara melonjak sebagai tanggapan, sebelum pengiriman dilanjutkan pada Februari.

Harga batu bara utama telah mencapai rekor baru bulan ini karena utilitas di Eropa, bersama dengan konsumen utama lainnya, mencari alternatif untuk kargo dari Rusia setelah invasi ke Ukraina. Harga batu bara Newcastle acuan Asia melonjak 35 persen ke rekor baru US$ 353,75 per ton pada hari Jumat, menurut indeks mingguan yang disusun oleh IHS Markit dan Argus.

Berdasarkan tonase, Indonesia adalah pengekspor batu bara terbesar di dunia, diikuti oleh Australia, dengan Rusia di urutan ketiga, menurut International Energy Agency.

"Pembangkit listrik dapat menghadapi kekurangan pasokan ketika produksi batubara dibatasi oleh faktor-faktor termasuk hujan lebat," kata Sjahrir. April biasanya merupakan bulan rendah untuk produksi, dan tahun ini bertepatan dengan Ramadhan, sehingga berpotensi menghambat produksi lebih lanjut.

Indonesia mewajibkan produsen batu bara untuk memasok setidaknya 25 persen dari output untuk memenuhi kebutuhan lokal dan menetapkan harga tertinggi untuk batubara yang dijual ke pembangkit listrik lokal sebesar US$ 70 per ton, sebuah kebijakan yang dikenal sebagai aturan kewajiban pasar domestik.

Menurut Sjahrir, semakin tinggi harga batubara internasional, semakin besar kemungkinan penambang lokal menjual sisa produksinya ke luar negeri, yang akan meningkatkan kemungkinan gangguan ekspor lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

batu bara harga batu bara
Editor : Kahfi

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top