Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Rusia vs Ukraina, Apa Dampaknya ke Daya Beli Masyarakat Indonesia?

Ekonom ungkap pengaruh perang Rusia - Ukraina tersebut terhadap daya beli masyarakat di Indonesia?
Sebuah bangunan hancur terkena rudal pasukan Ukraina di Kyiv, Ukraina, Jumat (25/2/2022). REUTERS/Umit Bektas
Sebuah bangunan hancur terkena rudal pasukan Ukraina di Kyiv, Ukraina, Jumat (25/2/2022). REUTERS/Umit Bektas

Bisnis.com, JAKARTA - Perang Rusia dan Ukraina nyatanya tidak hanya berdampak terhadap kedua perekonomian negara, tetapi berdampak pada perekonomian negara-negara lain. Salah satunya adalah Indonesia.

Berkaca dengan dampak yang ada, seperti meningkatnya harga sejumlah komoditas dan gangguan dari segi suplai, keuangan negara secara otomatis terbebani dengan menanggung bengkaknya subsidi sejumlah komoditas, terutama minyak.

Lalu, seberapa besar pengaruh perang Rusia - Ukraina tersebut terhadap daya beli masyarakat di Indonesia?

Chief Economist Permata Bank Josua Pardede menyampaikan APBN 2022 cenderung fleksibel dalam artian apabila konflik antara Rusia dan Ukraina terus berlanjut dan berkepanjangan, dan kenaikan harga BBM misalnya terus menerus meningkat.

Oleh karena itu, dia menilai pemerintah perlu mendorong press adjustment. Menurutnya, hal ini dilakukan guna membatasi dampaknya terhadap masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.

"Tentunya pemerintah mengoptimalkan ataupun berupaya supaya dampak kenaikan ini diprioritaskan atau diutamakan kepada yang non subsidi. Artinya jangan sampai masyarakat menengah kebawah ini terganggu daya belinya," kata Josua dalam Talks Podcast Series di kanal YouTube Bisniscom, dikutip Senin (7/3/2022).

Lebih lanjut dia menjelaskan, apabila pemerintah nantinya mau tidak mau menaikkan harga Pertalite misalnya, pemerintah juga perlu menyiapkan anggaran bantuan sosial (bansos) dalam rangka mendukung pemulihan dari segi konsumsi masyarakat.

Dia menilai pemerintah sendiri masih mengalokasikan anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) tahun ini sekitar Rp455 triliun.

"Ini dapat mendorong lagi pemulihan dari sisi daya beli di masyarakat," imbuhnya.

Naiknya harga minyak, gandum dan produk pertanian lainnya, menurut Josua, juga perlu diperhitungkan meskipun dampaknya tidak signifikan.

Apalagi, saat ini masih ada kelangkaan minyak goreng dan juga beberapa kebutuhan pokok lainnya, serta momentum mendekati bulan Ramadhan.

"Tentunya ini akan bisa mengganggu daya beli masyarakat dan juga pada akhirnya bisa mengganggu pemulihan ekonomi Indonesia di tahun ini akibat dampak yang ditimbulkan dari jalur komoditas ataupun dari jalur perdagangan. Pemerintah perlu menerapkan berbagai strategi dalam rangka membatasi dampak apabila BBM harus dinaikkan," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper