Bisnis.com, JAKARTA — Tingkat inflasi diperkirakan meningkat lebih tinggi pada tahun ini dibandingkan dengan periode tahun 2021.
Tim riset ekonomi Bank Mandiri (BMRI) memperkirakan tingkat inflasi pada tahun ini akan mencapai 3,3 persen, yang didorong oleh peningkatan permintaan dan pemulihan ekonomi.
"Proyeksi inflasi yang lebih tinggi pada 2022 didorong meningkatnya permintaan dan pemulihan ekonomi domestik," tulis tim riset ekonomi Bank Mandiri dalam laporan analisisnya, Rabu (2/3/2022).
Pada Februari 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan indeks harga konsumen (IHK) mengalami deflasi sebesar 0,02 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Deflasi tersebut dipengaruhi oleh deflasi pada dua kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang turun 0,84 persen mtm, dan kelompok informasi komunikasi, dan jasa keuangan yang turun sebesar0,04 persen mtm.
Penurunan harga kelompok makanan dan minuman dipengaruhi oleh penurunan harga minyak goreng, telur ayam ras, cabai rawit, daging ayam ras, dan ikan segar.
Sementara itu, inflasi inti pada Februari 2022 tercatat mengalami peningkatan, menjadi 2,03 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Tim riset ekonomi Bank Mandiri menyebut, naiknya inflasi inti tersebut menunjukkan adanya peningkatan daya beli. Pasalnya, pergerakan inflasi inti lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor fundamental, bukan musiman.
Sejalan dengan perkembangan inflasi, perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh sebesar 5,17 persen, seiring dengan meningkatnya konsumsi, aktivitas bisnis, dan mobilitas masyarakat.
Inflasi yang meningkat namun tetap terkendali dapat mendukung kebijakan Bank Indonesia untuk tetap menjalankan kebijakan moneter yang akomodatif di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi terhadap tensi geopolitik dan respons terhadap normalisasi kebijakan bank sentral dunia.