Bisnis.com, JAKARTA — Harga daging sapi yang mulai naik beberapa waktu terakhir diduga akibat pasokan yang terbatas di sejumlah daerah non sentra produksi seperti kawasan Jabodetabek.
Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Juan Permata Adoe mengatakan kondisi itu membuat klaim ketersediaan daging sapi dan kerbau domestik yang disebut surplus hingga 2.736,7 ton tidak efektif menekan gejolak harga di pasar.
Pemerintah diharapkan segera memasok sapi ke sejumlah daerah yang mengalami keterbatasan stok. Langkah itu diharapkan dapat menekan gejolak harga menjelang Hari Raya Idulfitri 2022.
“Ukuran kita kan pasar, jika harga bergerak naik berarti ada sesuatu yang kurang kalau harga turun maka suplai cukup,” kata Adoe melalui sambungan telepon, Selasa (1/3/2022).
Menurut dia, jika pasokan ke sejumlah daerah non sentra produksi itu cukup maka harga daging sapi dapat ditekan ke level yang wajar.
“Nanti kalau daging kerbau sudah masuk ke Jakarta pasti harga akan turun lagi, situasinya memang suplai memang agak sulit karena kita tergantung pada logistik,” kata dia.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan kementeriannya tengah memobilisasi 78.000 ekor sapi dari sentra produksi ke Pulau Jawa untuk menekan gejolak harga daging.
“Kemendag memastikan kenaikan harga daging sapi belakangan ini tidak bakal berlangsung lama dan akan kembali normal saat lebaran nanti,” kata Lutfi kepada Bisnis.com, Selasa (1/3/2022).
Menurut Lutfi, terdapat surplus daging sapi mencapai 2.736,7 ton hingga Mei 2022 atau saat lebaran nanti. Adapun, dia berpendapat, kenaikan harga daging sapi belakangan ini relatif disebabkan karena pasokan yang terhambat ke sejumlah pasar yang ada di Pulau Jawa.