Bisnis.com, JAKARTA - Institute For Development of Economics and Finance (Indef) mendorong pemerintah mewaspadai dampak berkepanjangan konflik Rusia-Ukraina terhadap kelangsungan industri.
Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef Andry Satrio Nugroho mengatakan selain harga bahan baku yang terkerek, konflik ini juga berdampak ke kenaikan biaya energi seperti minyak dan gas. Industri kecil dan menengah (IKM) pengguna Liquefied Petroleum Gas (LPG) sudah terdampak kenaikan harga.
Selain energi, Indonesia juga bergantung pada Ukraina untuk pasokan gandum. Menurut data UN Comtrade, pada 2020 Ukraina memasok 23,51 persen gandung Indonesia.
"Ini yang perlu diwaspadai, peru dilihat bantalan ekonomi apa yang perlu disiapkan pemerintah," kata Andry kepada Bisnis, Selasa (1/3/2022).
Selain itu, tarif dasar listrik (TDL) juga direncanakan naik mulai 1 April 2022 yang juga akan berpengaruh ke kinerja industri.
Tekanan lain pada kinerja manufaktur juga datang dari dalam negeri yakni pembatasan pergerakan karena lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron. Menurut IHS Markit, kenaikan kasus Covid-19 ikut menekan ekspansi purchasing managers's index (PMI) pada Februari menjadi 51,2 dari bulan sebelumnya 53,7.
Baca Juga
Andry melanjutkan, diharapkan terjadi penurunan kasus dalam waktu dekat sesuai prediksi pemerintah mengenai puncak kasus Omicron pada Februari-Maret 2022. Vaksinasi booster di sektor industri diharapkan juga turut menopang kinerja sehingga tidak terjadi penurunan pada produktivitas.
"Secara tren ada penurunan kasus di wilayah Jabodetabek. Ini memberikan napas bagi industri dan ada beberapa pelonggaran yang saat ini sudah dilakukan," jelasnya.