Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Ungkap 3 Tantangan yang Dihadapi dalam Presidensi G20

Tidak mudah untuk membuat tiga isu yang diangkat Indonesia, direspon dengan cepat oleh negara-negara anggota.
Layar menampilkan Presiden Joko Widodo memberikan pidato saat pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/2/2022). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/POOL
Layar menampilkan Presiden Joko Widodo memberikan pidato saat pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/2/2022). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/POOL

Bisnis.com, JAKARTA - Presidensi Group of Twenty (G20) merupakan forum kerjasama multilateral yang beranggotakan 19 negara utama dan Uni Eropa, dimana tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah dari forum tersebut.

Dalam Presidensi G20 Indonesia 2022, Indonesia memiliki kesempatan untuk mengangkat tiga isu utama, yaitu sistem kesehatan, transformasi ekonomi dan digital dan transisi energi. Kendati demikian, tidak mudah untuk membuat tiga isu tersebut bisa direspon dengan cepat oleh negara-negara anggota.

Deputi Bidang Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi menyoroti tiga tantangan yang dihadapi dalam forum tersebut.

Pertama, adalah multilateral, dimana G20 merupakan multilateral forum sehingga masing-masing negara memiliki kepentingannya sendiri. Oleh karena itu, perlu dibangun common interest dan network interdependence. Selain itu, persoalan yang dibahas harus memuaskan semua pihak, dan menurut Edi, ini cukup sulit.

"Makanya, Indonesia ingin melaksanakan mandat Deklarasi Seoul 2010, dimana G20 harus merangkul semua pihak, yaitu lembaga internasional, kelompok masyarakat, serikat pekerja, bisnis hingga akademisi," kata Edi dalam diskusi Transformasi Ekonomi untuk Penguatan dan Pemulihan Bersama yang diadakan secara daring, Kamis (24/2/2022).

Tantangan kedua, adalah peningkatan beban utang publik. Peningkatan pendapatan dari pajak menurutnya kurang tepat karena dunia usaha baru saja pulih.

Akibatnya, mobilitas capital power sulit jika memaksakan angka besar untuk sebuah program. Apalagi, masih ada penurunan produktivitas karena perubahan pola kerja sehingga pergerakan dana terbatas. Untuk itu, Edi mengajak private sector untuk sukarela dalam penggalangan dana pemulihan.

"PRnya adalah menciptakan kepastian, international standard, karena investasi private sector penuh perhitungan. Walaupun terus terang ini butuh effort yang tidak mudah. Nanti, kita akan mengumpulkan berbagai macam gagasan untuk meredakan situasi," katanya.

Terakhir, karena ini adalah primer forum, banyak yang akan memanfaatkan forum tersebut sebagai public expose. Kepentingan-kepentingan yang ada akan beragam, mulai dari domestik hingga internasional, semua negara akan memanfaatkan ini.

Meskipun begitu, Indonesia harus bisa mendorong ini sebagai forum legitimate di luar formal protocol PBB dan bisa mengemas prosesnya ala Indonesia. Dengan begitu, tiga isu utama yang diangkat Indonesia bisa direspons dengan cepat oleh negara-negara anggota.

Dalam presidensi kali ini, Indonesia berharap dapat menggalang aksi  dari narasi atau pernyataan yang dihasilkan di dalam forum G20. Untuk itu, anggota-anggota G20 harus bergandengan tangan untuk mendorong isu-isu relevan menjadi aksi nyata.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper