Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengatakan beberapa negara, termasuk Indonesia, menjadi sedikit negara di lingkungan G20 dan ASEAN-6 yang perekonomiannya sudah kembali ke level pra pandemi Covid-19.
Dia menuturkan meningkatnya kasus Omicron memang akan terus membayangi pemulihan ekonomi semua negara di dunia. Itulah sebabnya mengapa banyak negara belum kembali mencapai tingkat produk domestik bruto (PDB) riil sebelum terjadinya pandemi.
Selain Indonesia, negara-negara di lingkungan G20 dan ASEAN-6 seperti China, Vietnam, Singapura, Korea Selatan dan AS juga telah kembali ke level pra pandemi. Sedangkan, Afrika Selatan, Perancis, Jerman, Inggris, Malaysia, Italia, Meksiko, Thailand dan Filipina belum mencapai kondisi pre-pandemi.
"Ini yang di dalam [pertemuan] G20 kemarin disebut pemulihan ekonomi yang tidak merata. Ada yang tertinggal, ada yang sudah pulih secara kuat," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTA, Selasa (22/2/2022).
Meski demikian, dia menilai pemulihan ekonomi global masih terus berlanjut. Dia menjelaskan ekspansi manufaktur global terlihat masih mengalami ekspansi, di level zona di atas 50.
Menurutnya, ada sedikit tren pelemahan. Namun, hal itu terjadi karena adanya kasus Omicron yang sangat tinggi di berbagai negara dan juga adanya fenomena disrupsi di level supply demand yang berpengaruh ke aktivitas manufaktur global.
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengungkapkan PMI Indonesia di Januari 2022 tercatat di level 53,7 juga menunjukan ekspansi selama bulan berturut-turut.
"Peningkatan PMI didukung oleh peningkatan permintaan dalam negeri maupun ekspor, serta peningkatan tenaga kerja," imbuhnya.
Di level ASEAN, Sri Mulyani mengatakan ekspansi juga cukup tinggi dimana ini menggambarkan suatu recovery dan rebound yang cukup merata.
Kendati demikian, di mengatakan situasi China terlihat kembali terkontraksi akibat lonjakan kasus Covid-19 dan restriksi yang cukup ketat serta memburuknya gangguan rantai pasokan (supply chain).
Sementara itu, AS dan Eropa masih terus menunjukkan ekspansi dari sektor manufaktur. Manufaktur Eropa terakselerasi seiring meredanya isu gangguan suplai. Akan tetapi, manufaktur AS justru melambat akibat memburuknya isu supply chain serta tekanan inflasi.