Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani: Mobilitas Masyarakat Turun Akibat Omicron

Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan mobilitas masyarakat turun akibat munculnya varian Omicron. Apa buktinya?
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan pemaparan dalam konferensi pers Realisasi APBN 2021 di Jakarta, Senin (3/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan pemaparan dalam konferensi pers Realisasi APBN 2021 di Jakarta, Senin (3/1/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan mobilitas masyarakat sedikit tertahan atau turun akibat peningkatan kasus varian Omicron di Indonesia.

Berdasarkan Google Mobility Index per 16 Februari 2022, Sri Mulyani mengungkapkan mobilitas masyarakat menurun dari angka quarterly average 5,6. Jika melihat Google Mobility Index, lanjutnya, penurunan mobilitas sebagian besar masih didominasi oleh perumahan atau resident era, dimana mereka yang biasanya bekerja sekarang work from home (WFH).

"Mereka yang biasanya pergi ke retail and recreation mengalami penurunan, sebagai respon terhadap tren kenaikan kasus positif Covid-19," ujarnya dalam konferensi pers APBN KiTA, Selasa (22/2/2022). 

Sri Mulyani mengatakan, penurunan tersebut tentu akan memengaruhi aktivitas masyarakat kepada konsumsi. Meskipun demikian, Menkeu mengaku tak khawatir karena Indonesia sudah belajar dari kasus Delta dan pada kuartal IV/2021.

Pasalnya, dia menilai pemulihan atau recovery sangat kuat setelah lonjakan varian Delta tahun lalu. 

"Kami melihat bahwa indeks kepercayaan konsumsi masih relatif bertahan di atas atau pada posisi yang cukup optimis," ujar Menkeu. 

Meskipun kasus Omicron meningkat dan aktivitas masyarakat menurun, dia menilai hal itu tidak akan memengaruhi level kepercayaan konsumen atau consumer confidence. Sebab, masyarakat sudah mulai terbiasa untuk melakukan penyesuaian dari sisi aktivitas tanpa mengurangi apa yang disebut consumer confidence.

"Retail sales maupun mandiri indeks semuanya masih di dalam posisi yang cukup di dalam level ekspansi atau tinggi," imbuhnya.

Meskipun ada koreksi, dia mengungkapkan hal itu masih sangat minimal. Demikian juga dengan purchasing managers' index (PMI), dimana pertumbuhan impor bahan baku dan barang modal, masing-masing pertumbuhan importnya 39,6 dan 41, 9 persen.

Menkeu mengatakan hal itu menggambarkan bahwa aktivitas manufaktur di Indonesia masih akan mengalami suatu kegiatan yang sangat robust atau sangat meningkat bagi investor. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper