Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Kedelai Meroket, Besok Produsen Tahu Tempe Mogok Produksi

Sejumlah penjual tahu dan tempe berencana melakukan mogok produksi mulai besok, Senin (20/2/2022) akibat terus meroketnya harga kedelai.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin menyatakan para produsen akan melakukan mogok produksi akibat naiknya harga kedelai.

Menurutnya, bukan berarti harga tidak boleh naik, tetapi kenaikan harus terjadi secara wajar. Saat ini kenaikan harga terjadi hampir setiap hari. Ia juga sebenarnya tidak setuju dengan aksi para produsen ini karena dapat menghambat kegiatan jual beli.

“Gakoptindo sebetulnya tidak setuju adanya mogok ini, tinggal kita perlu negosiasi dengan pemerintah ini,” kata Aip kepada Bisnis, (20/2/2022).

Aip juga tidak melarang para produsen untuk melakukan mogok dan memberikan kebebasan pada mereka. Hal tersebut sebagai bentuk protes para produsen terhadap pemerintah.

“Saya memberikan kebebasan, mau mogok ya silakan, yang tidak mau ya lebih bagus,” ujarnya.

Aip juga mengatakan sudah mengajukan permohonan untuk menurunkan harga kedelai. Ia bersama Gakoptindo meminta untuk menstabilkan harga dan menjaga harga kedelai. Berdasarkan hal tersebut, Aip juga meminta agar harganya tidak naik setiap hari dan jika memungkinkan, menurunkan harga.

“Tapi kalo pemerintah menyetujui usulan kami, kita otomatis langsung stop dan dagang lagi. Misal besok atau lusa setuju, itu langsung kita jualan lagi dagang lagi,” katanya.

Sebelumnya, pada Januari 2021, hal serupa juga terjadi membuat harga kedelai yang melonjak tinggi. Ekonom Bhima Yudhistira Adhinegara pun melihat hal ini sebagai penyakit yang kerap kambuh bagi ekonomi Indonesia.

“Produksi kedelainya sebagian besar impor bisa dikatakan lebih dari 80 persen. Hal serupa pernah terjadi pada Januari 2021 dengan isu yang sama. Artinya ini penyakit kambuhan,” jelas Bhima kepada Bisnis (20/2/2022).

Pasalnya, saat ini harga kedelai dunia naik akibat kebutuhan pakan ternak di China, yaitu babi. Selain itu, di negara lain menggunakan kedelai untuk substitusi minyak sawit yang dikenal dengan soy bean oil. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper