Bisnis.com, JAKARTA - Industri kopi dan pengolahannya berharap pada perbaikan daya beli di tahun ini untuk meningkatkan serapan di pasar domestik. Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEIKI) mencatat serapan biji kopi ke industri penggilingan sepanjang tahun lalu mencapai 370.000 ton.
Moelyono Soesilo, Ketua Bidang Kopi Specialty dan Industri AEIKI mengatakan volume serapan tersebut relatif stagnan dibandingkan 2020. Adapun, tahun ini, pihaknya menargetkan perbaikan volume serapan ke angka sebelum pandemi di kisaran 380.000 ton hingga 385.000 ton.
"Tahun ini saya kira akan kembali ke level 380.000 hingga 385.000 ton, karena tahun-tahun sebelumnya kenaikan [serapan] sudah cukup tinggi," kata Moelyono saat dihubungi, Kamis (17/2/2022).
Moelyono mengatakan dengan kapasitas penggilingan kopi nasional berkisar 380.000 hingga 400.000 ton, utilitas kapasitas produksi hampir mencapai 100 persen.
Sementara itu, produksi biji kopi dan kapasitas terpasang industri pemanggangan berada di kisaran 700.000 ton. Tidak seluruhnya dari produksi perkebunan kopi nasional masuk ke proses penggilingan. Sebagian melalui proses pembakaran, dan sisanya diserap dalam bentuk komoditas.
Moelyono mengatakan selama pandemi tidak terjadi penambahan kapasitas terpasang industri. Bahkan tidak sedikit yang gulung tikar. Pada tahun lalu dia mengatakan masih ada penurunan jumlah industri pengolahan kopi. Tahun ini dia berharap pada momentum pemulihan sehingga kapasitas produksi dapat ditingkatkan.
Baca Juga
"Kalau di 2021 tetap ada penurunan, tetapi di 2022 harapannya sudah mulai recover. Utilitas sudah penuh semua, rata-rata sudah 100 persen," lanjutnya.
Produksi kopi ritel masih mendominasi hasil gilingan biji kopi, dengan 70 persen untuk kopi bubuk dengan ampas dan 20 persen untuk produk tanpa ampas. Sementara itu, sisa 10 persen gilingan kopi diserap ke produksi minuman rasa kopi, permen, dan produk makanan dan minuman lainnya.