Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis penerbangan sewa atau carter pesawat yang dimiliki oleh Hary Tanoe melalui PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk. (IATA) masih menjanjikan sebagai bisnis pendukung batu bara yang saat ini sedang melambung tinggi.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan perubahan dan adaptasi bisnis memang harus dilakukan oleh para pelaku usaha pada masa pandemi ini. Namun, lanjutnya, perubahan segmen bisnis dapat dilakukan tanpa melepas bisnis yang memiliki potensi sebagai bisnis pendukung.
“Dalam kasus IATA, bisnis pertambangan juga tetap memerlukan chartered flight. Justru perubahan bisnis yang sifatnya terlalu jauh dari core artinya akan ada penghentian pada seluruh karyawan karena expertise atau keahlian yang dibutuhkan pun akan berbeda,” ujarnya, Jumat (11/2/2022).
Bhima berpendapat bisnis carter pesawat cukup potensial karena segmentasi penerbangan dengan segmen pelanggan korporat di daerah terpencil yang membutuhkan layanan penerbangan rintisan. Dia membeberkan sejak 4 tahun lalu banyak penerbangan carter yang tutup dikarenakan adanya efisiensi besar-besaran di perusahaan tambang.
Namun, lanjutnya, dengan melihat prospek booming harga batu bara dan komoditas lainnya maka permintaan carter kembali naik. Menurutnya, setidaknya dalam 2-4 tahun kedepan selama booming komoditas masih berlanjut akan terjadi permintaan yang menjanjikan dari bisnis carter.
Tak hanya itu, Bhima menilai penerbangan carter juga potensial mengambil pasar penerbangan yang karakteristik penumpangnya di segmen high end. Pasalnya, selama pandemi jadwal penerbangan maskapai komersial turun dan banyak ketidakpastian. Sementara dengan carter flight, direksi perusahaan memiliki kepastian melakukan mobilitas.
Salah satu strateginya dengan membuat kontrak persewaan jangka panjang dan kerjasama dengan bandara milik pemerintah di daerah potensial. Bhima optimistis dengan semakin banyak perusahaan yang bergabung dalam sewa pesawat di satu bandara maka semakin menguntungkan bagi tingkat keterisian.
Sebelumnya, PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk. (IATA) memutuskan tetap memiliki bisnis di sektor penerbangan pasca mengubah mengubah nama dan aktivitas bisnisnya menjadi PT MNC Energy Investments Tbk.
Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengatakan bisnis penerbangan tetap dimiliki dan dijalankan melalui anak usahanya tetapi bukan lagi menjadi induk dan bisnis di sektor utama. Sementara waktu ini dengan kondisi pandemi Covid-19, perseroan tak akan melakukan ekspansi atau memperbesar kapasitas bisnis penerbangan.
Harry menyadari bisnis penerbangan masih sulit, apalagi layanan yang dioperasikan IATA bukan penerbangan reguler berjadwal tetapi carter. Baik dengan menggunakan helikopter, pesawat jet, serta pesawat ATR. Layanan carter ini banyak dimanfaatkan oleh pekerja dan korporasi di sektor minyak dan tambang.