Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan hilirisasi sejumlah komoditas tambang hingga industri otomotif telah berhasil meningkatkan nilai tambah ekspor untuk neraca dagang sepanjang 2021.
Bahkan, Lutfi menambahkan manuver dagang itu sudah berhasil menguasai sebagian besar pasar dunia. Ia mencontohkan ekspor produk besi dan baja mencapai US$18,62 miliar sepanjang 2021. Dari torehan itu, 61 persen di antaranya diekspor untuk pasar China.
“Artinya ketika kita jual ke China kita bisa jual juga untuk seluruh dunia tapi kita sangat perlu perjanjian dagang yang memadai dengan negara-negara dunia untuk ekspor hilirisasi baja ini,” kata Lutfi dalam Mandiri Forum Investment Forum 2022, Rabu (9/2/2022).
Lutfi menggarisbawahi kementeriannya berkomitmen untuk mengoptimalkan hilirisasi sejumlah komoditas hasil tambang, bauksit dan belakangan industri otomotif pada tahun ini. Menurut dia, investasi pada ketiga sektor hilirisasi itu mengalami peningkatan yang signifikan seiring dengan torehan positif pasar sepanjang 2021.
Adapun, total ekspor untuk produk elektronik pada 2021 mencapai US$10,57 miliar. Dari angka itu, 18,3 persen dikirim ke Singapura dan 17 persen diekspor ke Amerika Serikat.
Selain itu, ekspor industri otomotif domestik mencapai US$7,87 miliar pada 2021. Adapun, pasar terbesar industri otomotif itu berada di Filipina yang mencapai 23,3 persen diikuti Vietnam dan Thailand yang masing-masing sebesar 10,2 persen dan 9,4 persen.
Baca Juga
“Saya pikir Indonesia akan menjadi power house untuk industri, konsumsi dan Indonesia akan memimpin tidak hanya secara domestik punya pasar yang besar tetapi akan menjadi pusat dari produksi dunia untuk teknologi mutakhir khususnya energi hijau dan terbarukan,” kata dia.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) memproyeksikan surplus neraca perdagangan pada tahun ini bakal susut disebabkan karena tren pemulihan rantai pasok di tingkat global. Konsekuensinya, siklus super komoditas atau commodity supercyle yang sempat mengerek harga sejumlah komoditas perlahan bakal mereda pada tahun ini.
Koordinator Wakil Ketua Umum III Kadin bidang Maritim Investasi dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani mengatakan kondisi itu mengakibatkan harga sejumlah komoditas unggulan seperti minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan batubara bakal terkoreksi seiring dengan pemulihan rantai pasok di pasar global.
Di sisi lain, Shinta menambahkan pemerintah belum mengoptimalkan diversifikasi ekspor atau substitusi ekspor non komoditas yang bisa mengkompensasi proyeksi penurunan penerimaan ekspor atas produk-produk yang sempat terkerek naik akibat siklus super komoditas sepanjang 2021.
“Peluang penerimaan ekspor terbesar di 2022 sebetulnya ada pada ekspor produk manufaktur, bukan di ekspor komoditas. Karena itu, kami menghimbau agar pemerintah lebih serius lagi mendukung peningkatan efisiensi usaha dan efisiensi perdagangan atau supply chain industri manufaktur nasional yang berorientasi ekspor dengan berbagai cara,” kata Shinta melalui pesan WhatsApp, Rabu (9/2/2022).