Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siklus Komoditas Dikhawatirkan Raib, Kemendag Sesuaikan Surplus Niaga Tahun Ini

Kementerian Perdagangan (Kemendag) memproyeksikan surplus neraca niaga pada tahun ini berada di posisi US$31,4 miliar hingga US$31,7 miliar. Proyeksi itu mengalami penurunan sebesar 11,39 persen jika dibandingkan dengan torehan surplus 2021 di posisi US$35,44 miliar.
Foto udara aktivitas bongkarmuat di dermaga bongkar muat peti kemas Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (3/1/2022).ANTARA FOTO/Jojon
Foto udara aktivitas bongkarmuat di dermaga bongkar muat peti kemas Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (3/1/2022).ANTARA FOTO/Jojon

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) memproyeksikan surplus neraca niaga pada tahun ini berada di posisi US$31,4 miliar hingga US$31,7 miliar. Proyeksi itu mengalami penurunan sebesar 11,39 persen jika dibandingkan dengan torehan surplus 2021 di posisi US$35,44 miliar.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri mengatakan, penyesuaian proyeksi neraca niaga itu berdasar pada outlook harga komoditas global yang cenderung mengalami penurunan pada awal tahun ini.

Kenaikan harga komoditas supercycle masih menjadi pendorong kenaikan nilai ekspor Indonesia. Namun, berkaca pada pengalaman sebelumnya, kondisi ini tidak akan bertahan lama,” kata Kasan melalui pesan WhatsApp, Rabu (9/2/2022).

Kasan menuturkan, kementeriannya tengah mewaspadai sejumlah faktor yang berpeluang mengontraksi torehan neraca perdagangan pada tahun ini.

Selain potensi merosotnya nilai komoditas dari siklus sepanjang 2021, implementasi Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) dari Uni Eropa juga tengah menjadi perhatian pemerintah.

Otoritas perdagangan, kata dia, bakal melawan gugatan-gugatan yang dilayangkan Uni Eropa atas sejumlah komoditas domestik ke World Trade Organization (WTO) pada tahun ini.

Alasannya, manuver perdagangan Uni Eropa itu dinilai bertentangan dengan prinsip perdagangan dunia yang belakangan merugikan sejumlah produk ekspor nonmigas, serta produk turunan dari Indonesia.

“Kami juga akan menggenjot ekspor Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor non-tradisional sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap Uni Eropa, khususnya untuk produk-produk yang dikenakan pajak karbon, seperti semen, besi baja, alumunium, pupuk, dan listrik,” kata dia.

Selain itu, sejumlah pakta dagang dengan sejumlah negara mitra ditargetkan rampung pada tahun ini. Langkah itu dilakukan untuk mengantisipasi potensi merosotnya harga komoditas domestik di tingkat internasional, serta implementasi CBAM dari Uni Eropa.

Adapun, Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement (IUAE-CEPA) ditargetkan rampung pada Maret 2022. Selanjutnya, Preferential Trade Agreement (PTA) dengan Bangladesh direncanakan selesai pada tahun ini.

“Untuk Uni Eropa, perundingan perjanjian perdagangannya juga sudah memasuki putaran kesebelas dan ditargetkan akan selesai pada akhir 2022,” tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper