Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal mengatakan bahwa surplus neraca perdagangan bakal terkoreksi akibat penurunan harga sejumlah komoditas di pasar dunia pada 2022.
Adapun, penurunan harga komoditas itu dipicu karena tren peningkatan pasokan di tingkat global pada tahun ini.
“Oleh karena itu, gap antara permintaan dan pasokan itu juga menipis, konsekuensinya adalah harga dunia juga akan mengalami moderasi. Artinya, harga-harga juga akan turun,” kata Faisal melalui sambungan telepon, Rabu (9/2/2022).
Faisal menilai positif langkah Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang segera mengoreksi proyeksi surplus neraca perdagangan ke posisi US$31,4 miliar hingga US$31,7 miliar di tahun ini.
Proyeksi itu mengalami penurunan sebesar 11,39 persen jika dibandingkan dengan torehan surplus 2021 di posisi US$35,44 miliar.
“Saya rasa bagus, Kemendag punya proyeksi penurunan, karena kalau berlebihan ekspor itu akan merintangi pertumbuhan ekonomi kita, karena kondisi oversupply di dalam negeri,” kata dia.
Baca Juga
Ekspor yang berlebih, kata dia, akan berdampak negatif pada input produksi saat momentum manufaktur ekspansif di awal tahun ini.
“Kita ingin menjaga stabilitas industri domestik juga, makanya kemarin Kemendag mulai memoderasi CPO dan batu bara supaya kita tidak kekurangan,” tuturnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri mengatakan, penyesuaian proyeksi neraca niaga itu berdasar pada outlook harga komoditas global yang cenderung mengalami penurunan pada awal tahun ini.
“Kenaikan harga komoditas supercycle masih menjadi pendorong kenaikan nilai ekspor Indonesia. Namun, berkaca pada pengalaman sebelumnya, kondisi ini tidak akan bertahan lama,” kata Kasan melalui pesan WhatsApp, Rabu (9/2/2022).