Bisnis.com, JAKARTA - Harga berjangka bijih besi turun dari level tertinggi pada 5 bulan lalu setelah regulator di China memperingatkan adanya manipulasi harga yang dilakukan penyedia informasi.
Dilansir Bloomberg pada Rabu (9/2/2022), harga berjangka di Singapura turun menjadi sekitar US$144 per ton dari US$153 pada Selasa, perubahan harian terbesar sejak akhir Agustus.
Peringatan ini menjadi sinyal terbaru dari Beijing yang tengah meningkatkan upaya dalam mengawasi harga bahan baku baja ini. Regulator telah memanggil para penyedia informasi harga tersebut baru-baru ini dan meminta mereka untuk tidak memalsukan kenaikan harga. Mereka berjanji untuk menjaga stabilitas pasar dengan menggunakan ukuran yangg lebih efektif.
Bijih besi telah memulai tahun ini dengan baik dengan ekspektasi adanya pelonggaran moneter dan belanja infrastruktur di ekonomi terbesar di Asia yang akan memacu permintaan logam.
Namun, rebound harga telah memicu peringatan dari otoritas pada bulan lalu dan mengatakan bahwa mereka akan menindak spekulasi yang terjadi di pasar.
Harga terus naik pada awal pekan ini setelah China menunda tenggat waktu untuk emisi puncak di sektor baja selama 5 tahun hingga 2030 guna menopang perkeonomian.
Bijih besi berjangka di Singapura merosot sebanyak 3 persen menjadi US$143,85 per ton dan diperdagangkan pada US$144,85 pada pukul 10:45 waktu setempat.
Sementara itu, harga di bursa berjangka Dalian jatuh 4 persen. Harga baja tulangan beton dan baja lembaran panas (HRC) juga turun di Shanghai.