Bisnis.com, JAKARTA — Produsen baja Amerika Serikat memperingatkan bahwa negara yang mendapat pengecualian tarif impor bisa menjadi kepanjangan tangan dari logam buatan China.
Sebelumnya, Amerika Serikat dan Jepang meneken kesepakatan terkait dengan pembebasan tarif bea masuk baja mulai 1 April. Perjanjian ini diteken setelah perdebatan selama kurang lebih 3 tahun.
Namun, pemain baja domestik di AS khawatir Uni Eropa dan Jepang yang mendapatkan pengecualian dapat mengimpor logam dari China dan kemudian mengekspornya ke AS sehingga membanjiri pasar.
United Steelworkers, aliansi pejerja sektor industri termasuk 850.000 orang di industri logam dan pertambangan di AS ini menilai kesepakatan tersebut menunjukkan bahwa Presiden Biden memang memahami bahwa industri harus meninggalkan pendekatan cocok untuk seluruh pihak seperti yang diterapkan oleh adminsitrasi sebelumnya.
"[Persyaratan] akan memastikan bahwa impor baja dari Jepang benar-benar diproduksi di sana, yang akan membantu membendung pengelakan dan memberikan kesempatan pekerja di kedua negara berhasil," ujarnya dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Bloomberg pada Selasa (8/2/2022).
Perlu diketahui, impor baja AS dari Jepang tidak terlalu besar yakni sekitar 4 persen dari total impor baja dan hanya 1 persen dari total konsumsi logam AS.
Namun, hal ini sudah membuat khawatir manufaktur baja domestik karena khawatir negara-negara yang mendapatkan pengecualian tarif akan menaikkan ekspornya ke AS.
Usai mencapai kesepakatan dengan UE pada Oktober, administrasi Biden langsung bergerak untuk melakukan harmonisasi dengan sekutu lainnya. AS dan Inggris telah memulai pembicaraan soal tarif baja dan alumunium sejak bulan lalu.