Bisnis.com, JAKARTA – Ketidakadilan distribusi vaksin menjadi ganjalan serius bagi penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi dunia dalam dua tahun terakhir pagebluk.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan keadilan distribusi vaksin menjadi salah satu poin yang digarisbawahi Indonesia dalam Presidensi G20 tahun ini, khususnya dalam gelaran Trade, Investment and Industry Working Group (TIIWG).
Lutfi menceritakan dalam pertemuan Menteri Perdagangan G20 belum lama ini, ada fakta mengemuka bahwa seorang Mendag di sebuah negara kurang berkembang di Afrika belum mendapatkan vaksin. Hal ini menjadi ironi karena di sisi lain, negara-negara maju menyimpan stok vaksin hampir tiga kali lipat dari kebutuhannya.
"Jadi tidak ada gunanya vaksin banyak-banyak di Eropa kalau tidak didistribusikan, malah terjadi varian baru keluar. Ini mengajarkan bahwa penyelesaian masalah pandemi, harus bekerja bersama-sama tidak bisa hanya satu negara yang aman," katanya saat konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa (8/2/2022).
Hal lain yang digarisbawahi Lutfi adalah konflik geopolitik yang ikut terseret pada pemerataan akses vaksin di dunia. Dia mencontohkan vaksin yang diproduksi oleh musuh politik pihak tertentu, bisa jadi tidak diakui oleh otoritas negara lain.
Hal-hal semacam ini sudah terbukti memperlebar kesenjangan akses vaksin antara negara-negara maju, berkembang, dan kurang berkembang.
"Kalau vaksinnya dari negara yang bukan teman kita, vaksinnya tidak laku. Ini tidak boleh lagi kita ulangi," kata Lutfi.
Selain arsitektur kesehatan dunia, dua poin lain yang dibawa Indonesia ke forum TIIWG G20 tahun ini yakni transformasi digital dan transisi energi hijau.
Dari studi kasus selama pandemi, transformasi digital terbukti mendekatkan gap antara kelompok kaya dan miskin. Salah satunya dengan pemanfaatan platform digital oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah sehingga dapat bertahan bahkan menghasilkan nilai tambah.
Sementara itu, pada aspek transisi ke energi hijau, Indonesia pada prinsipnya akan mendorong kolaborasi antara negara maju dan berkembang, untuk menjembatani ongkos peralihan yang tinggi.