Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat inflasi diperkirakan terus mengalami peningkatan hingga periode menjelang Ramadan tahun ini.
Pada Januari 2021, BI memperkirakan tingkat inflasi akan mencapai 0,53 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) atau 2,15 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Penyumbang utama inflasi berdasarkan perkiraan BI diantaranya komoditas bahan bakar rumah tangga sebesar 0,12 persen mtm, daging ayam ras 0,09 persen mtm, tomat dan beras masing-masing sebesar 0,05 persen mtm.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir menyampaikan inflasi pada Januari 2022 masih berada pada tingkat yang terkendali.
Dia mengatakan perkiraan inflasi yang tinggi pada Januari 2022 terjadi karena naiknya harga komoditas dan aktivitas ekonomi yang mulai bergerak pasca pelonggaran mobilitas.
Di samping itu, menurutnya, sisi permintaan mash perlu didorong karena pemulihan ekonomi yang terjadi masih pada tahap awal.
“Demand masih perlu didorong khususnya konsumsi masyarakat golongan 40 persen terbawah dengan perlindungan sosial,” katanya kepada Bisnis, Senin (31/1/2022).
Untuk menjaga stabilitas harga, Iskandar menyampaikan pemerintah telah berkoordinasi dengan Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk mengendalikan hambatan sisi pasokan dan distribusi yang menjadi penyebab inflasi.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan inflasi pada Januari 2022 akan mencapai kisaran 0,55 hingga 0,6 persen secara bulanan (year-on-year/yoy) atau 2,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Bhima mengatakan meski inflasi pada Januari 2022 hanya 2 persen secara tahunan, namun capaian tersebut terbilang cukup tinggi jika dibandingkan dengan periode Januari 2021 yang hanya 1,58 persen yoy.
Menurutnya, sisi permintaan pada Januari 2022 biasanya rendah secara musiman. Apalagi, varian Omicron Covid-19 cukup berdampak ke kepercayaan masyarakat dalam berbelanja.
“Jika di Januari saja ada kenaikan harga maka tidak menutup kemungkinan 2-3 bulan ke depan inflasi akan lebih tinggi khususnya pada April saat Ramadan dimulai,” katanya kepada Bisnis.