Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

B20 Dimulai, Menko Airlangga Minta Dukungan untuk G20

Airlangga Hartarto berpesan agar forum bisnis yang dipimpin oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia itu bisa ikut mendorong agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan sambutan saat pembukaan pembukaan perdagangan Bursa di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2021). Bisnis
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan sambutan saat pembukaan pembukaan perdagangan Bursa di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2021). Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaksanaan forum Business Twenty atau B20 telah resmi dibuka melalui inception meeting kemarin, Kamis (27/1/2022). 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berpesan, agar forum bisnis yang dipimpin oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia itu bisa ikut mendorong agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia.

Sebagai salah satu engagement group G20, forum B20 tahun ini pun akan menyelaraskan program prioritasnya dengan kepemimpinan Indonesia. Program yang didorong yakni penguatan arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi.

Airlangga berharap B20 bisa menjadi penghubung antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan, dan dunia usaha sebagai stakeholders, baik di level regional maupun dunia.

"Kita berharap acara ini [B20 inception meeting] bisa menjadi platform diskusi bagi pemerintah dan stakeholders baik level regional dan global untuk memastikan percepatan pertumbuhan ekonomi 2022," jelasnya pada acara B20 inception meeting, Kamis (27/1/2022).

Airlangga menyampaikan bahwa dunia saat ini menghadapi tantangan yang berat baik dari sisi kesehatan dan ekonomi. Pada sisi ekonomi khususnya, dunia tengah mengalami pemulihan yang tidak merata dan ketidakpastian yang tinggi. Menurutnya, hal ini sangat berdampak bagi negara-negara berkembang baik yang berada di dalam forum G20 maupun tidak.

Airlangga yang juga memimpin forum G20 Jalur Sherpa itu turut berpesan, bahwa B20 berperan sebagai kunci untuk mendukung G20 dalam mencapai pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan. Dia berpesan agar seluruh pihak bisa menanggalkan kepentingan maupun perbedaan masing-masing terlebih dahulu untuk mendorong kesejahteraan bersama.

"Oleh karena itu komunitas dunia usaha dan pemerintah harus bersinergi, dan B20 harus melepaskan dulu perbedaan politik [masing-masing] dan meningkatkan kolaborasi dengan anggota B20 lain. Kita tidak bisa menunggu kasus menjadi nol terlebih dahulu untuk beraktivitas, tapi kita perlu beradaptasi untuk meningkatkan stamina manusia dalam menghadapi virus," pesannya.

Airlangga lalu merincikan apa saja yang bisa didorong oleh B20 untuk membantu G20 dalam mengatasi isu-isu prioritas. Pertama, terkait dengan arsitektur kesehatan global. Seperti diketahui, G20 menargetkan 70 persen populasi global bisa divaksinasi tahap pertama pada pertengahan tahun ini. B20 dinilai bisa membantu dengan mendorong akses vaksin dan kemampuan manufaktur vaksin terutama di negara berkembang.

Kedua, transformasi digital. Forum berisikan 20 negara dengan ekonomi terbesar itu mendorong transformasi digital dengan memperkuat keamanan digital dan privasi. Forum itu juga mendorong dukungan untuk UMKM atau bisnis kecil, perempuan, serta kelompok disabilitas untuk bisa sukses di perekonomian baru, ekonomi digital.

Untuk itu, upaya untuk menjembatani gap konektivitas perlu dilakukan dengan cara menciptakan kondisi investasi yang berkelanjutan, serta infrastruktur berkualitas tinggi.

"B20 diharapkan bisa berbagi guna mempersiapkan pekerja dan sumber daya manusia untuk menghadapi masa depan," tutur Airlangga.

Ketiga, percepatan transisi menuju energi bersih terutama berdasarkan komitmen yang disepakati pada pertemuan COP26 di Glasgow tahun lalu. Komitmen yang dimaksud salah satunya untuk secara bertahap memensiunkan dini pembangkit energi dari energi kotor seperti batu bara.

Airlangga menekankan bahwa G20 perlu mendorong ketersediaan dan keterjangkauan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage. Dia menyebut kolaborasi global harus berperan dalam membuat teknologi tersebut lebih terjangkau bagi seluruh kelompok masyarakat.

"Bantuan B20 untuk G20 yakni menerapkan apa yang menjadi komitmen dalam Perjanjian Paris yaitu transisi di sektor energi. Kita butuh dunia usaha untuk memastikan pemulihan yang lebih hijau. Tanpa dukungan finansial yang berkelanjutan dan konkret, kita mungkin tidak bisa mencapai target net zero global emission di pertengahan abad ini," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper