Bisnis.com, JAKARTA — Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair menyatakan bahwa reformasi produksi dan distribusi vaksin dapat mencegah laju penyebaran wabah, yang kemudian menjadi pandemi, sehingga dapat meyelamatkan perekonomian global hingga US$3,4 septiliun.
Hal tersebut disampaikan oleh Tony, yang juga Ketua Eksekutif Institut Tony Blair untuk Perubahan Global, dalam gelaran B20 Indonesia Inception Meeting 2022. B20 merupakan outreach group dari G20, mewakili komunitas pelaku bisnis internasional yang merefleksikan peranan swasta dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi.
Tony menilai bahwa masyarakat global perlu mempersiapkan diri dalam menghadapi risiko pandemi di masa datang. Salah satu langkah persiapan itu menurutnya adalah dengan menciptakan program baru vaksinasi dewasa untuk mencegah dan menangani wabah, sehingga dapat membentuk ketahanan secara global.
Hal tersebut akan sulit tercapai jika kondisi distribusi vaksin masih seperti saat ini, terdapat ketimpangan yang sangat lebar antara negara maju dengan negara miskin dan berkembang—bahkan Tony menegaskan adanya ketimpangan antara belahan dunia utara dan selatan.
"Pelajaran keras dari pandemi ini adalah kapasitas manufaktur global tidak memadai. Sangat sedikit negara yang memiliki fasilitas dapat berdaulat untuk menyediakan suplai vaksin," ujarnya pada Kamis (27/1/2022) malam.
Menurutnya, perlu terdapat langkah kerja sama, di mana negara-negara belahan dunia utara yang berisi negara maju menyediakan pendanaan dan kekayaan intelektual atas vaksin. Lalu, negara-negara di belahan dunia selatan melakukan reformasi infrastruktur kesehatan, salah satunya dalam hal vaksinasi.
Baca Juga
Setelah itu, Tony menilai bahwa negara-negara harus mengatur ulang skema investasi produksu vaksin, dengan menarik pembiayaan yang lebih besar dari publik dan swasta. Hal tersebut bukan hanya bermanfaat bagi penanganan pandemi atau penyakit, tetapi dalam jangka panjang akan membawa manfaat bagi perekonomian.
"Berdasarkan permodelan oleh institusi saya, adanya infrastruktur seperti itu ketika pandemi, dapat menekan waktu untuk menghadapi pandemi itu, menyelamatkan US$3,4 triliun triliun [US$3,4 septiliun] untuk ekonomi global," ujarnya.