Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah terus mematangkan persiapan sejumlah infrastruktur dan transportasi menjelang sejumlah event global yakni Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali serta MotoGP di Mandalika.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan dalam menyambut sejumlah kegiatan tersebut, saat ini pihaknya tengah merevitalisasi pembangunan beberapa bandara, pelabuhan laut, dan penyeberangan. Selain itu, Kemenhub juga melakukan manajemen lalu lintas dan memasang fasilitas keselamatan jalan.
Tak hanya itu, kementeriannya juga telah menyediakan sarana angkutan massal seperti bus listrik seiring dengan kampanye menggalakkan kendaraan listrik.
“Dalam meningkatkan aspek keselamatan dan kenyamanan tamu negara ke Jakarta dan Bali, Presiden Joko Widodo juga menegaskan Kemenhub untuk merevitaliasi Bandara Halim dan merenovasi ruang VVIP di bandara Bali,” ujarnya dikutip dari keterangan resminya, Kamis (26/1/2022).
Sementara itu, PT Angkasa Pura I (persero) atau AP I menilai sejumlah event internasional seperti G20 dan MotoGP akan menjadi bonus tak terduga bagi kinerja perseroan.
Direktur Keuangan AP I Andy Bratamihardja menjelaskan pada 2022 ini cenderung mengambil skenario konservatif bagi industri penerbangan domestik. Namun, skenario tersebut belum termasuk proyeksi membaiknya penerbangan internasional.
Baca Juga
Dia mengambil contoh gelaran Superbike di Sirkuit Mandalika yang berlangsung sukses dan tak menciptakan klaster baru. Kondisi tersebut berdampak kepada ramainya pergerakan di Bandara Lombok yang dikelola oleh AP I.
“Nanti jika kondisi internasional penerbangan mulai membaik, ini jadi bonus. Insyaallah nanti ada event besar seperti MotoGP. Sudah pasti meningkatkan penerbangan internasional tapi itu nggak masuk ke proyeksi pada 2022. G20 juga terjadi di Bali juga kita belum hitung,” ujarnya.
AP I sendiri memproyeksikan masih mengalami kerugian pada 2021 dan 2022 jika melihat kondisi neraca keuangan saat ini.
Direktur Utama AP I Faik Fahmi menjelaskan hingga akhir tahun ini, AP I masih mengalami kerugian hingga Rp3,24 triliun dengan EBITDA yang juga minus Rp209 miliar. Imbasnya, arus kas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut juga akan minus Rp1,1 triliun.
Kondisi kerugian ini diperkirakan masih akan berlanjut hingga tahun ini, meski keadaannya akan jauh lebih membaik.
"Diproyeksikan tahun depan [2022] memang kita dan masih akan rugi sekitar Rp601 miliar, tapi ini sudah jauh menurun dibanding dengan tahun 2021, dan positifnya adalah EBITDA-nya bisa positif sekitar Rp1,5 triliun dengan arus kas operasi yang akan sudah positif sekitar Rp1,15 triliun," ujarnya saat konferensi pers virtual yang dikutip, Kamis (9/12/2021).