Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan sejumlah komoditas pertambangan berpeluang menikmati ekspor yang lebih besar, seiring dengan rencana pemerintah untuk melarang ekspor barang mentah sejumlah komoditas.
"Yang sangat potensial itu [olahan] tembaga, bauksit, dan bijih besi. Sejauh ini pasar terbesar produk-produk tersebut adalah China," kata Lutfi ketika dihubungi, Minggu (23/12/2022).
Lutfi mengatakan ekspor produk-produk tersebut sejauh ini belum 100 persen dalam bentuk produk olahan bernilai tambah. Oleh karena itu, pemerintah berencana untuk menyetop ekspor barang mentah yang mencakup tembaga, bauksit, dan timah.
Lutfi mengatakan keberhasilan penghiliran nikel buah dari hasil investasi bisa menjadi contoh upaya peningkatan ekspor komoditas pertambahan ke depan. Dia mencatat ekspor nikel hanya berkisar US$1 miliar pada akhir 2019. Namun nilainya jauh meningkat setelah pemerintah memberlakukan larangan ekspor bijih nikel.
"Karena larangan tersebut perkembangan produk turunannya berjalan. Dalam bentuk stainless steel misalnya nilai ekspor sudah melampaui US$13 miliar," kata dia.
Dia mencatat peluang kenaikan ekspor pada produk-produk hasil investasi baru juga datang dari produk pertambangan lainnya. Satu di antaranya adalah ekspor aluminium dan alumina ingot dari pabrik baru yang mulai beroperasi di Bintan, Kepulauan Riau pada Agustus 2021.