Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kadin Sebut Ekspor Produk Bernilai Tambah Belum Maksimal

Kadin menilai penghiliran yang didorong saat ini belum sampai pada tahap produk setengah jadi (intermediate goods).
Koordinator Wakil Ketua Umum III Kadin bidang Maritim, Investasi dan Luar Negeri Shinta Kamdani/Nurul Hidayat - Bisnis.
Koordinator Wakil Ketua Umum III Kadin bidang Maritim, Investasi dan Luar Negeri Shinta Kamdani/Nurul Hidayat - Bisnis.

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha berpandangan ekspor produk hasil penghiliran komoditas nonmigas RI belum maksimal. Aktivitas ekspor belum didukung oleh iklim usaha yang lebih baik dan lebih disebabkan oleh regulasi.

Koordinator Wakil Ketua Umum III Kadin bidang Maritim, Investasi dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani mengatakan penghiliran pada produk pertambangan mentah cenderung lebih baik sejak pemerintah memberlakukan kebijakan terkait investasi smelter dan pembatasan ekspor barang tambang mentah. Namun dia menilai penghiliran belum sampai pada tahap produk setengah jadi (intermediate goods).

Shinta mengatakan penghiliran hanya terbatas pada level tekanan regulasi, alih-alih akibat perbaikan iklim usaha seperti peningkatan efisiensi jika dibandingkan dengan negara lain yang dapat mendorong penghiliran secara natural.

"Karena secara esensi penghiliran tidak terjadi secara natural imbas dari perbaikan efisiensi iklim usaha pendukung di sektor yang ditargetkan, tetapi lebih karena 'paksaan' regulasi seperti laranganga terbatas ekspor dan kewajiban membangun smelter," kata Shinta, Sabtu (22/1/2022).

Dia mengatakan pembenahan pada masalah ini tidak bisa hanya ditempuh dengan Undang-Undang Cipta Kerja atau insentif investasi. Perlu ada reformasi struktural lebih lanjut dan secara menyeluruh.

Adapun untuk produk manufaktur, Shinta mencatat penghiliran sejatinya telah berjalan baik. Namun belum didukung oleh rantai pasok domestik yang memadai.

Shinta mencatat ketergantungan pasokan bahan baku/penolong yang berlebihan membuat peningkatan kinerja, efisiensi dan daya saing produk hasil manufaktur Indonesia relatif lebih sulit.

"Kalau suplai bahan baku/penolong produksi manufaktur yang dibutuhkan industri manufaktur nasional bisa dihasilkan di dalam negeri, dengan kualitas dan standar yang diperlukan, kami sangat yakin daya saing san efisiensi industri manufaktur nasional bisa lebih tinggi," kata Shinta.

Oleh karena itu, dia mengatakan peningkatan ekspor manufaktur sangat tergantung pada keberhasilan pembenahan rantai pasok domestik, khususnya untuk peningkatan kapasitas dan kualitas produksi industri yang potensial untuk memasok kebutuhan input bahan baku industri manufaktur nasional.

Data sementara ekspor Januari–Desember 2021 yang dihimpun Kementerian Perdagangan memperlihatkan 5 produk nonmigas dengan pertumbuhan tertinggi didominasi produk pertambahan. Beberapa di antaranya adalah produk timah yang tercatat mengalami kenaikan 116,07 persen dari US$1,13 miliar pada 2020 menjadi US$2,44 miliar pada 2021 dan bijih logam naik 96,32 persen dari US$3,24 miliar menjadi US$6,35 miliar pada 2021.

Sementara itu, besi dan baja mengalami kenaikan 92,88 persen dari US$10,86 miliar menjadi US$20,95 miliar dan batu bara tumbuh 90,30 persen dari US$17,26 miliar menjadi US$32,84 miliar.

"Yang membanggakan besi dan baja kita masuk tiga besar [ekspor nonmigas] dengan 61 persen ekspor ke China. Artinya dengan kita bisa mengekspor ke China, di mana China terkenal sebagai produsen super murah untuk barang-barang industri di dunia, artinya kita bisa menjual ke seluruh dunia," kata Lutfi belum lama ini.

Lutfi menjelaskan pula soal penetrasi produk otomotif RI yang sebagian besar menyasar ke pasar Asean. Sebanyak 23,3 persen produk otomotif diekspor ke Filipina, 10,2 persen ke Vietnam, dan 9,4 persen ke Thailand. Ekspor produk ini tercatat tumbuh 30,84 persen dari US$6,60 miliar pada 2020 menjadi US$8,64 miliar pada 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper