Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengusulkan pemerintah untuk menambah kuota impor gula mentah untuk bahan baku gula kristal rafinasi (GKR) tahun ini.
Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan usulan itu disampaikan lantaran industri gula rafinasi tidak memiliki stok bumper atau buffer stock pada awal 2022. Menurut Adhi, stok pada industri gula rafinasi itu sudah terserap habis akibat permintaan ritel yang tinggi pada akhir 2021.
“Stok di tahun 2021 itu habis sama sekali bahkan kurang, sehingga akhir tahun itu tidak ada buffer stock, kalau kita melihat kondisi seperti itu biasanya ada, tapi tahun ini tidak ada sama sekali,” kata Adhi, Jumat (21/1/2020).
Ihwal permintaan ritel itu, Adhi menambahkan, trennya bakal berlanjut hingga Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini.
“Permintaan ritel itu cukup bagus tahun ini, kita lihat memang ada peningkatan kalau itu terjadi saya perkirakan kemungkinan ada kekurangan di tahun 2022, kami sudah sampaikan ke pemerintah, pemerintah akan pertimbangkan kalau benar-benar kurang,” kata dia.
Hasil rapat koordinasi terbatas atau Rakortas Tingkat Menteri pada 26 Oktober 2021 menyepakati alokasi impor gula mentah untuk bahan baku gula rafinasi dan konsumsi mencapai 4,37 juta ton pada tahun ini.
Pemerinciannya, gula kristal rafinasi atau GKR sebanyak 3,48 juta ton dan gula kristal putih (GKP) untuk konsumsi sebanyak 891,627 ton. Secara keseluruhan kuota impor itu mengalami kenaikan 5 persen dari tahun sebelumnya yang berada di posisi 3,78 juta ton.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Bernardi Dharmawan mencatat kebutuhan GKR per bulan berkisar 250.000— 300.000 ton, dan diperkirakan meningkat sekitar 10 persen jelang hari raya. Bernardi mengatakan izin impor untuk kebutuhan tahun ini baru terbit pada bulan ini hingga saat ini masih dalam proses importasi.
"Masih dalam proses importasi, meski sebagian sudah sampai di Indonesia, mungkin sekitar 250.000 ton," katanya.