Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan kenaikan alokasi impor gula mentah untuk bahan baku gula kristal rafinasi (GKR) dan gula kristal putih (GKP) tidak bakal berdampak negatif pada harga jual gula konsumsi petani tebu.
Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kemendag Isy Karim mengatakan alokasi impor itu diarahkan untuk mengisi kekurangan stok sebelum musim giling pada pertengahan tahun ini.
“Dalam persetujuan impor juga sudah harus dicantumkan jadwal realisasi importasi sehingga tidak mengganggu harga gula eks tebu,” kata Isy Karim, Jumat (21/1/2020).
Di sisi lain, dia menambahkan, alokasi impor itu dilakukan untuk menstabilkan kenaikan harga gula yang ikut terkerek akibat inflasi pangan sejak akhir tahun lalu. Dia mengatakan importasi bahan baku gula itu bakal dilakukan pada Februari 2022.
“Sehingga dapat mencukupi kebutuhan menjelang bulan puasa Ramadhan dan Lebaran dan berakhir sebelum masa giling,” tuturnya.
Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan per 20 Januari 2022, harga gula mengalami kenaikan mencapai Rp14.000 per kilogram atau naik 6,06 persen jika dibandingkan dengan bulan lalu.
Berdasarkan ringkasan laporan Kemendag yang diterima Bisnis.com, kenaikan harga gula disinyalir akibat belum dimulainya musim giling tebu tahun 2022. Musim giling itu diproyeksikan bakal dimulai pada awal Juni 2022.
Selain itu, kenaikan harga gula yang signifikan itu juga mengindikasikan stok gula di pelaku usaha mulai menurun saat memenuhi permintaan selama Hari Raya Natal dan Tahun Baru lalu.
Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN APTRI) Soemitro Samadikoen menilai negatif langkah pemerintah untuk membuka keran impor gula mentah untuk bahan baku gula kristal putih (GKP) atau konsumsi mencapai 891.627 ton pada tahun ini.
Soemitro beralasan alokasi impor yang relatif lebar itu bakal menjatuhkan nilai harga jual gula konsumsi hasil gilingan petani di pasar. Selain itu, kata Soemitro, pembukaan keran impor itu tidak berdasar pada ketersediaan stok yang dinilai masih cukup hingga masa panen pada Mei 2022.
“Kita petani dibayang-bayangi kejatuhan harga, padahal komponen untuk menghasilkan tebu itu sudah naik. Biaya tenaga kerja, pupuk, faktor-faktor pendukung seperti ongkos angkut, tebang semuanya naik,” kata Soemitro melalui sambungan telepon, Jumat (21/1/2022).
Hasil rapat koordinasi terbatas atau Rakortas Tingkat Menteri pada 26 Oktober 2021 menyepakati alokasi impor gula mentah untuk bahan baku gula rafinasi dan konsumsi mencapai 4,37 juta ton pada tahun ini.
Pemerinciannya, gula kristal rafinasi atau GKR sebanyak 3,48 juta ton dan gula kristal putih (GKP) untuk konsumsi sebanyak 891,627 ton. Secara keseluruhan kuota impor itu mengalami kenaikan 5 persen dari tahun sebelumnya yang berada di posisi 3,78 juta ton.