Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Properti China Menyusut Lebih Cepat dalam 3 Bulan Terakhir

Kondisi bisnis real estat di China terpuruk dengan mengalami kemerosotan selama kuartal terakhir tahun lalu, melanjutkan kondisi serupa yang terjadi pada kuartal II tahun lalu.
Wajah properti residensial dan komersial di Beijing, China./Caixin Global
Wajah properti residensial dan komersial di Beijing, China./Caixin Global

Bisnis.com, JAKARTA – Sektor properti China menyusut lebih cepat dalam 3 bulan terakhir tahun lalu seiring dengan kemerosotan subsektor perumahan negara itu yang terus berdampak pada perekonomian.

Output di sektor real estat menyusut 2,9 persen pada kuartal IV/2021 setelah kontraksi 1,6 persen pada kuartal sebelumnya, ungkap Biro Statistik Nasional China pada Selasa (18/01/2022) dalam laporan tambahan tentang produk domestik bruto. Itu menjadi penurunan kuartalan pertama berturut-turut sejak 2008.

Sektor konstruksi juga mengalami penurunan output sebesar 2,1 persen selama periode yang sama. Gabungan kedua sektor tersebut adalah 13,8% dari output nasional pada 2021, menurut perhitungan Bloomberg, lebih rendah dari 14,5 persen pada 2020.

Terlepas dari upaya pihak berwenang untuk melonggarkan beberapa pembatasan pada pendanaan real estat, kemerosotan pasar properti China masih bertahan pada Desember 2021, dengan penurunan yang mencakup aktivitas penjualan, investasi, pembelian tanah, dan pembiayaan pengembang.

Investasi properti pada Desember menyusut 14 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, menurut perhitungan Bloomberg. Untuk setahun penuh, angka itu menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,4 persen.

Ekonomi China pada kuartal IV tahun lalu tumbuh pada laju terlemah dalam lebih dari setahun, terbebani oleh kemerosotan perumahan dan belanja konsumen yang lemah, data yang dirilis pada Senin (17/01/2022) menunjukkan. Produk domestik bruto tumbuh 4 persen dari tahun sebelumnya, turun dari 4,9 persen pada kuartal sebelumnya.

Pengembang properti China yang dibebani utang menyaksikan obligasi luar negeri mereka kehilangan nilai US$82 miliar dan kemungkinan lebih banyak kerugian dan default, kata analis di Bloomberg Intelligence.

Kekhawatiran investor tentang utang tersembunyi di Logan Group Co pada Senin memicu aksi jual besar-besaran dalam obligasi dolar. Pemotongan suku bunga oleh otoritas moneter tidak cukup untuk membendung penurunan saham properti, dengan para pedagang menyerukan lebih banyak dukungan kebijakan karena ekonomi melambat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper