Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) menyatakan ancaman penyebaran Covid-19 varian Omicron sudah diantisipasi oleh pelaku usaha.
Hal itu terkait dengan prediksi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan bahwa puncak kasus Covid-19 akibat varian tersebut akan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret 2021.
Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman mengatakan industriawan dan pemerintah sudah memiliki pengalaman pada tahun lalu menghadapi lonjakan kasus yang menyebabkan pembatasan ketat. Adhi meramal dampak dari penyebaran Omicron pada dunia usaha tidak seberat varian Delta pada 2021.
"Industri dan pemerintah sudah punya pengalaman berat tahun lalu, demikian juga konsumen. Saya lihat tidak akan seberat tahun lalu. Tapi harus tetap waspada kalau ada pembatasan lagi," katanya kepada Bisnis, Selasa (18/1/2022).
Adhi melanjutkan saat ini pengusaha mamin tengah mempersiapkan momentum Ramadan dan Lebaran yang diproyeksi akan lebih semarak dibandingkan dengan tahun lalu. Pesanan dan pengiriman untuk mengantisipasi peningkatan permintaan telah dilakukan sejak Desember 2021.
Sementara itu, di luar dampak dari varian Omicron, ia optimistis pertumbuhan industri mamin akan berada di rentang 5 persen hingga 7 persen pada tahun ini.
Baca Juga
Pada saat yang sama, dia juga mewaspadai tekanan dampak dari naiknya harga energi, yakni tarif dasar listrik yang direncanakan mulai April 2022. Meski dinilai akan memberikan dampak yang cukup signifikan, Adhi mengatakan sudah memperhitungkan kenaikan harga energi pada proyeksi pertumbuhan.
Sementara itu, kinerja industri makanan dan minuman yang terakselerasi juga tercermin dalam Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) kuartal IV/2021. Industri makanan, minuman dan tembakau mencatatkan indeks tertinggi sebesar 51,84 persen.
Adapun nilai keseluruhan PMI-BI pada kuartal terakhir tahun lalu sebesar 50,17 persen naik dari kuartal sebelumnya 48,75 persen. Peningkatan kinerja industri pengolahan diperkirakan akan berlanjut pada kuartal I/2022 dengan proyeksi sebesar 53,83 persen.
Indeks sektor makanan, minuman, dan tembakau diperkirakan naik menjadi 53,86 persen pada kuartal I/2022. Volume produksi pada kuartal lalu tercatat meningkat dan berada pada level ekspandi dengan indeks sebesar 51,84 persen, lebih tinggi dari 49,46 persen pada kuartal sebelumnya.
Pada kuartal pertama tahun ini, volume produksi diperkirakan kembali meningkat dengan indeks sebesar 56,94 persen sejalan dengan proyeksi meningkatnya permintaan, salah satunya di sektor makanan, minuman, dan tembakau.