Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pecah Rekor! Inflasi AS Meroket hingga 7 Persen Tahun 2021. Ini Faktor Pemicunya

Inflasi Amerika Serikat meroket hingga 7 persen per Desember 2021, angka tertinggi sejak Juni 1982, menurut data Kementerian Tenaga Kerja AS pada Rabu (12/1/2022).
Etalase toko busana di AS/Bloomberg
Etalase toko busana di AS/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat menutup 2021 dengan tingkat inflasi menembus 7 persen. Masih berlanjutnya disrupsi pada rantai pasok dan gelombang omicron membuat prediksi harga konsumen pada tahun ini masih akan panas.

Indeks harga konsumen (CPI) Amerika Serikat (AS) meroket hingga 7 persen per Desember 2021, angka tertinggi sejak Juni 1982, menurut data Kementerian Tenaga Kerja AS pada Rabu (12/1/2022). Ukuran inflasi naik lebih cepat dari perkiraan sampai 0,5 persen dalam sebulan.

"Luasnya keuntungan dalam beberapa bulan terakhir membuat inersia inflasi akan sulit untuk ditembus. Kami memperkirakan CPI akan tetap mendekati 7 persen dalam beberapa bulan ke depan," kata ekonom senior di Wells Fargo & Co., Sarah House, dilansir Bloomberg pada Kamis (13/1/2022).

Turunnya inflasi akan bergantung pada normalisasi pada sistem rantai pasok dan harga energi yang merata. Namun, harga sewa yang lebih tinggi, pertumbuhan upah yang kuat, gelombang Covid-19 berikutnya dan kendala pasokan yang masih berlangsung saat ini menimbulkan risiko kenaikan pada prospek inflasi.

Kepala Ekonom Amherst Pierpont Securities LLC Stephen Stanley dalam sebuah catatan mengatakan di kategori produk lainnya seperti kendaraan dan pakaian, harga akan cenderung lebih moderat.

"Tentu saja akan ada kategori barang yang mendingin setelah kemacetan suplai mulai mereda pada tahun ini, tetapi pada saat yang sama, tekanan dari tingkat upah kepada harga akan semakin meningkat," ujar Stanley.

Gelombang omicron juga akan semakin mendisrupsi rantai pasok yang sudah sangat rentan lantaran aturan karantina dan jumlah kasus yang membuat orang-orang sulit bekerja.

Selain itu, layanan makan di restoran juga akan semakin dibatasi. Pelacak produk domestik bruto Bloomberg Economic memperlihatkan aktivitas akan menurun tajam pada pekan-pekan pertama 2022.

Ekonom tetap berpandangan moderat terhadap proyeksi inflasi sekitar 3 persen pada tahun ini, meski ancaman omicron dan kelangkaan tenaga kerja sudah di depan mata.

Meski kenaikan upah yang kuat terjadi pada tahun lalu, kenaikan inflasi telah membuat upah turun 2,4 persen pada Desember 2021 dibandingkan tahun lalu,

Jika inflasi gagal melandai, Federal Reserve sudah siap untuk memulai jalur kenaikan suku bunga pada Maret 2022 dan penyusutan neraca yang lebih curam.

“Dalam hal di mana The Fed berada pada mandat ganda mereka – inflasi dan pasar tenaga kerja – mereka pada dasarnya sudah siap,” kata Kepala ekonom AS Barclays Plc Michael Gapen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper