Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indef Ramal Pertumbuhan Tekstil Hanya 3 Persen

Pada tahun lalu pemerintah diketahui telah mengeluarkan ketentuan bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) atau safeguard garmen, setelah pada 2020 kebijakan yang sama dikenakan untuk produk kain impor.
Pedagang merapikan kain di salah satu gerai di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (8/12/2020). /Bisnis.com-Himawan L Nugraha
Pedagang merapikan kain di salah satu gerai di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (8/12/2020). /Bisnis.com-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Institute For Development of Economics and Finance (Indef) meramal pertumbuhan industri tekstil pada tahun ini hanya akan menyentuh angka 3 persen, di bawah target Kementerian Perindustrian sebesar 5 persen.

Direktur Eksekutif Indef Ahmad Tauhid mengatakan masih ada beberapa faktor yang menahan pertumbuhan industri pada 2022 setelah pada tahun lalu terkontraksi tiga kuartal berturut-turut. Pertama, masih ada ketidakpastian seputar penyebaran Covid-19 varian Omicron yang dampaknya dapat menahan permintaan di pusat-pusat perbelanjaan dan perdagangan.

"Kedua, ternyata tren produk-produk tekstil impor, masuknya cepat meskipun sudah ada ada safeguard. Ternyata permintaan impor masih relatif tinggi," kata Tauhid kepada Bisnis, Selasa (11/1/2022).

Pada tahun lalu pemerintah diketahui telah mengeluarkan ketentuan bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) atau safeguard garmen, setelah pada 2020 kebijakan yang sama dikenakan untuk produk kain impor.

Menurut Tauhid, efektivitas dua safeguard tersebut belum terbukti ampuh untuk menahan laju serbuan barang impor ke pasar dalam negeri. Hal yang harus dipekuat yakni pengawasan di pelabuhan-pelabuhan yang merupakan titik kritis masuknya barang impor, termasuk yang ilegal.  

Ketiga, lanjutnya, banyak industri tekstil yang selama dua tahun pandemi gulung tikar dan tidak bisa kembali beroperasi, bahkan ketika kondisi pasar perlahan membaik.

"Itu mengakibatkan industri ini agak sulit untuk berada pada angka 5 persen. Masih akan positif, tetapi sekitar 3 persen," lanjutnya.

Dia melanjutkan, dorongan pertumbuhan yang lebih tinggi untuk industri tekstil berkaitan erat dengan proses pemulihan ekonomi nasional. Jika ekonomi meningkat secara signifikan, akan ada peningkatan permintaan produk tekstil di masyarakat, meskipun dia memproyeksikan pemulihan pada tahun ini belum akan menyamai posisi sebelum pandemi.

Adapun, hal itu juga berkaitan dengan penanganan pandemi, khususnya dengan munculnya varian baru Omicron.

"Game changer-nya bagaimana untuk meredakan virus ini secepat mungkin, karena trennya mulai meningkat, harus dilokalisir, sehingga tidak berdampak pada mobilitas ekonomi dan mobilitas orang," katanya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper