Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan tingkat inflasi menjadi salah satu tantangan bagi proses pemulihan ekonomi pada tahun ini.
Direktur Eksekutif Center of Law and Economic Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan inflasi pada 2022 berpotensi meningkat hingga mencapai level 5 persen, terutama didorong oleh inflasi dari sisi penawaran (cost-push inflation).
Hal ini sejalan dengan kondisi pada 2021 di mana kenaikan inflasi lebih didorong oleh cost push inflation dibanding dari sisi pemulihan permintaan.
"Contohnya soal harga pangan seperti minyak goreng itu karena harga crude palm oil (CPO) liar di pasar internasional, akhirnya diteruskan ke konsumen domestik. Begitu juga soal cabai karena faktor cuaca akhirnya produksi terganggu,” katanya kepada Bisnis, Senin (3/1/2022).
Sebagaimana diketahui, inflasi pada Desember 2021 tercatat mencapai 0,57 persen secara bulanan (month-to-month/mtm. Sementara, sepanjang 2021, inflasi tercatat mencapai 1,87 persen.
Bhima mengatakan, kebijakan pemerintah turut memberikan dampak ke inflasi salah satunya melalui kenaikan harga gas LPG.
Baca Juga
Pada 2022, imbuhnya, inflasi perlu diwaspadai terutama pada pada bahan makanan dan harga energi. Pada bahan makanan baik minyak goreng, telur, bawang putih, kedelai maupun cabai dinilai berisiko mengalami peningkatan harga.
Sementara, Bhima mengatakan tren harga energi masih cukup tinggi. Namun, harga energi ini bergantung dari kebijakan pemerintah untuk menambah porsi subsidi maupun penugasan ke BUMN penyalur energi.
Misalnya, tarif listrik berisiko mengalami peningkatan tahun ini. Wacana penghapusan premium dan pertalite pun dapat memicu masyarakat mengkonsumsi BBM yang harganya lebih tinggi.
“Berikutnya soal gas kan sudah naik ya yang nonsubsidi, tinggal yang LPG 3 kg harus benar-benar dijaga subsidinya, jangan buru-buru dicabut atau stok dibatasi,” katanya.
Bhima menambahkan, inflasi tahun ini juga akan dipicu oleh kebijakan pajak salah satunya penyesuaian tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 11 persen, maupun cukai rokok yang naik pada 2022.
“Prediksi paling moderat inflasi akan bergerak di rentang 4,5 hingga 5 persen year on year sepanjang 2022,” tuturnya.