Bisnis.com, JAKARTA - Tingkat inflasi pada Desember 2021 diperkirakan akan meningkat lebih tinggi, yang dipicu oleh kenaikan harga pangan.
Direktur Eksekutif Center of Law and Economic Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan inflasi pada periode tersebut berpotensi mencapai 0,65 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
“Estimasi inflasi Desember dapat mencapai 0,5-0,65% persen secara bulanan, lebih tinggi dibanding November yakni 0,37 persen dan Desember 2020 lalu 0,45 persen,” katanya kepada Bisnis, Minggu (2/1/2022).
Bhima mengatakan, kenaikan inflasi tersebut salah satunya dipicu oleh kenaikan harga kebutuhan pokok seperti minyak goreng yang juga dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan baku CPO internasional.
“Sementara pengaruh cuaca dan permintaan dalam negeri memicu terjadinya kenaikan harga cabai dan telur,” jelasnya.
Menurut Bhima, pemerintah harus secepatnya melakukan berbagai intervensi stabilitas harga. Terkait minyak goreng misalnya, pemerintah bisa memberlakukan kebijakan DMO (Domestic Market Obligation) harga CPO sehingga harga bahan baku minyak goreng di dalam negeri lebih stabil.
Baca Juga
“Jika problemnya ada pada harga, bisa dipatok oleh pemerintah, karena CPO kan bukan impor tapi produksi di dalam negeri,” katanya.
Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada Desember 2021 akan mencapai 0,49 persen mtm. Sementara, inflasi keseluruhan tahun 2021 diperkirakan mencapai 1,79 persen.
Berdasarkan catatan BI, penyumbang utama inflasi Desember 2021 sampai dengan minggu keempat adalah komoditas cabai rawit sebesar 0,13 persen mtm, minyak goreng sebesar 0,07 persen mtm, daging ayam ras dan cabai merah masing-masing sebesar 0,04 persen mtm.
Di samping itu, penyumbang inflasi lainnya adalah telur ayam ras dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar 0,02 persen mtm, bawang merah, sabun detergen bubuk dan semen masing-masing sebesar 0,01 persen mtm.
Di sisi lain, beberapa komoditas mengalami deflasi yaitu daging sapi sebesar -0,01 persen mtm.