Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekayaan Miliarder China Tergerus, Ini Penyebabnya!

Sebanyak 10 miliarder yang masuk dalam jajaran orang terkaya versi Bloomberg Billionaire Index ini semakin tergerus hampir seperempat dari total kekayaan bersih mereka dan menjadi penurunan paling signifikan sejak 2012.
Pembangunan apartemen di China/ Bloomberg
Pembangunan apartemen di China/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Para taipan di industri teknologi China harus kehilangan kekayaan senilai US$80 miliar sepanjang tahun ini lantaran tekanan dari regulator China yang semakin keras bagi pemainnya.

Dilansir Bloomberg pada Kamis (30/12/2021), kekayaan sebanyak 10 miliarder yang masuk dalam jajaran orang terkaya versi Bloomberg Billionaire Index ini semakin tergerus hampir seperempat dari total kekayaan bersih mereka dan menjadi penurunan paling signifikan sejak 2012.

CEO dan Founder Pingduoduo Colin Huang menderita kerugian paling besar yakni US$42,9 miliar atau dua per tiga dari harta bersihnya lantaran saham e-commerce anjlok hingga 70 persen.

Sementara itu, pendiri raksasa Alibaba Group Holding Ltd., Jack Ma yang belakangan ini menghindari sorotan media sejak otoritas menekan gurita bisnisnya, harus merasakan kekayaannya terpangkas US$13 miliar.

Didi Global Inc., baru saja mengumumkan kinerja kuartal III/2021 yang terpuruk akibat pendapatan yang menyusut, seiring dengan delisting saham perusahaan dari New York ke Hong Kong.

Nilai pasar perusahaan anjlok hingga 60 persen sejak pejabat China mengumumkan penyelidikan dan memintanya untuk delisting dari New York Stock Exchange (NYSE), meninggalkan kekayaan Cheng pada US$1,7 miliar.

Pengawasan antimonopoli dari regulator China telah menjadi semakin umum sejak penghentian mengejutkan dari penawaran umum perdana Ant Group Co., tahun lalu.

Perusahaan teknologi termasuk Alibaba, Tencent Holdings Ltd., Meituan dan Pinduoduo yang valuasinya sempat melesat, kini harus terpangkas setelah didenda karena berbagai alasan mulai dari praktik monopoli untuk mengganggu pasar hingga kesepakatan yang tidak dilaporkan.

Ketidakpastian berlaku bahkan setelah China meluncurkan peraturan menyeluruh yang mengatur penjualan saham luar negeri oleh perusahaan-perusahaan negara itu. Pemerintah mengancam akan meningkatkan pengawasan IPO di luar negeri yang dinilai tidak terkendali selama dua dekade.

Seperti diberitakan sebelumnya, Komisi Sekuritas dan Bursa baru saja mengumumkan rencana untuk menerbitkan undang-undang baru yang mewajibkan China membuka pembukuan mereka untuk pengawasan AS.

Jika tidak, mereka berisiko dikeluarkan dari Bursa Efek New York dan Nasdaq dalam waktu tiga tahun. Dengan demikian, ratusan perusahaan China terancam delisting dari pasar AS dan listing kembali di Hong Kong atau China daratan.

“Hari-hari terbaik untuk sektor teknologi China ada di belakang kita untuk saat ini. Tanpa akses ke pasar modal Amerika, sejarah sektor teknologi China akan sangat berbeda," kata Direktur Institut Global Asia Universitas Hong Kong Chen Zhiwu.

Sementara itu, pendiri ByteDance Ltd., Zhang Yiming menjadi salah satu yang bernasib berbeda dari pebisnis teknologi lainnya dengan profit US$19,5 miliar berdasarkan pengajuan SoftBank Group Corp.

Hal itu sebagian karena dia masih menjaga induk TikTok, terisolasi dari ayunan turbulensi pasar. Namun, Zhang juga berusaha untuk tidak menonjolkan diri selama tindakan keras regulasi. Dia memutuskan untuk mundur dari kursi CEO poada bulan lalu dan keluar dari dewan eksekutif.

Hal yang juga dilakukan oleh Su Hua, salah satu pendiri aplikasi streaming langsung Kuaishou Technology yang menyerahkan peran CEO pada November, hanya 9 bulan setelah IPO perusahaan di Hong Kong. Pada bulan September, JD.com Inc. menunjuk presiden baru, mengatakan bahwa Chairman Richard Liu akan fokus pada strategi jangka panjang.

Selain itu, langkah tunduk kepada pemerintah terlihat pula dari aktivitas donasi yang dilakukan sejumlah raksasa teknologi China, seperti yang dilakukan oleh CEO Xiaomi Corp., Lei Jun dan CEO Meituan Wang Xing yang mendonasikan US$2,2 miliar dan US$2,3 miliar.

Hingga Agustus, miliarder China ini telah mendonasikan sekitar US$5 miliar pada 2021, lebih besar 20 persen dari total donasi pada tahun lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper