Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja 2021 Belum Optimal, Pengusaha Pacu Volume Ekspor pada 2022

Para eksportir sejatinya telah membidik volume ekspor yang melampaui realisasi capaian sebelum pandemi pada 2021.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha membidik volume ekspor pada produk manufaktur yang lebih besar pada 2022. Kinerja pada 2021 dinilai belum optimal meski terdapat peluang kesenjangan antara tingginya permintaan dan pasokan yang masih terbatas.

Koordinator Wakil Ketua Umum III Kadin Indonesia bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani mengatakan para eksportir sejatinya telah membidik volume ekspor yang melampaui realisasi capaian sebelum pandemi pada 2021.

Namun tantangan daya saing ekspor masih belum terurai di tengah kebijakan pembatasan, dukungan pembiayaan yang terbatas, dan kenaikan bahan baku akibat krisis logistik global masih membayangi optimisme tersebut.

“Justru target kami volume ekspor melampaui sebelum pandemi di seluruh produk komoditas maupun nonkomoditas. Kami melihat rebound dan pertumbuhan perdagangan global jauh lebih cepat dari perkiraan,” katanya, Kamis (30/12/2021).

Kesenjangan antara permintaan dan pasokan barang di negara destinasi ekspor seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China disebut Shinta merupakan peluang sepanjang 2021. Hal ini mengingat stimulus yang diguyur oleh pemerintah negara-negara tersebut sangat besar dan mayoritas untuk mengerek konsumsi.

“Ini sudah menjadi incaran eksportir nasional, khususnya yang ekspor komoditas. Untuk manufaktur masih terbatas meskipun pelaku sektornya terus membidik,” kata Shinta.

Shinta berharap normalisasi perdagangan pada 2022 bisa mengantarkan ekspor manufaktur bernilai tambah seperti komponen elektronik, komponen permesinan, furnitur, garmen, sepatu, dan otomotif ke volume yang lebih besar.

Adapun untuk komoditas, Shinta memperkirakan para eksportir tetap akan menikmati kenaikan volume ekspor karena harga dan permintaan yang relatif stabil sampai pertengahan 2022. Tetapi, normalisasi permintaan dan pasokan bakal memicu perlambatan pertumbuhan untuk ekspor berbasis komoditas.

Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO mencatat volume perdagangan dunia mengalami penurunan 0,8 persen pada kuartal III/2021 dibandingkan dengan kuartal II/2021. Meski demikian, volume perdagangan barang pada kurun Januari sampai September 2021 telah melampaui kinerja pada 2020, bahkan lebih tinggi daripada 2019 sebelum pandemi melanda.

WTO melaporkan ekspor barang Indonesia tumbuh 33 persen pada Januari sampai September 2021 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019.

Dari sisi volume, indeks volume pada kuartal III/2021 mencapai 167,3 dan meningkat daripada indeks pada kuartal II/2021 di angka 161,2 dan lebih tinggi daripada kuartal III/2020 di angka 148,5 dan di kuartal III/2019 di angka 155,1. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper