Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) menilai logistik ekspor masih terkendala dengan ketersediaan slot kapal (availability space) dan harga yang masih sangat tinggi dibandingkan sebelum pandemi pada 2022.
Wakil Ketua Umum ALFI Trismawan Sanjaya menjelaskan kendala logistik global perkiraan dari para pelaku usaha tidak akan selesai hingga akhir 2022 karena beberapa kondisi terakhir yang terjadi seperti mutasi Omicron yang daya penularannya sangat cepat. Kemudian, ekonomi global diperkirakan masih belum pulih ke situasi normal saat sebelum pandemi
“Juga ditambah dengan dampak penguatan logistik regional dalam bentuk aliansi maupun afiliasi seperti yang dilakukan oleh pengusaha pelayaran dan logistik di eropa sehingga pengendalian akan lebih lagi dilakukan oleh mereka,” ujarnya, Rabu (29/12/2021).
Sementara itu terkait dengan permasalahan ketersediaan kontainer maupun ketersediaan ruang muat kapalnya baik untuk keperluan perdagangan global maupun nasional, ALFI lebih mendorong pemerintah dalam mendukung sebanyak-banyaknya pelayaran nasional dapat melakukan layanan pengapalan ke tingkat global (ocean going).
“Evaluasi ekspor 2022 tetap akan bertumbuh positif walau tidak mampu memanfaatkan secara maksimal kebutuhan pasar global yang ada akibat terbatasnya ruang muat kapal [shortage container],” ujarnya.
Trismawan menyebutkan antisipasi ALFI terhadap anggotanya terhadap sejumlah proyeksi pada 2022 adalah dengan memberikan sosialisasi dampak dari disrupsi industri yang terjadi, kemudian menjembatani dalam pemanfaatan teknologi digital yang efektif untuk menunjang kapasitas usahanya.
Baca Juga
Pakar Maritim dari Institut Teknologi Sepuluh November Saut Gurning menilai pelaku mengharapkan adanya potensi pemulihan pergerakan yang lebih baik pada 2022 walau masih ada ketidakpastian. Tetapi, isu Omicron menambah kondisi ketidakpastian tersebut.
“Virus Omicron kemungkinan mereduksi potensi bouncing-backnya. Untuk penutupan total saya kira mungkin tidak Mbak ya. Kemungkinan, cenderung ada pembatasan untuk pergerakan penumpang saja, karena sangat sensitif akibat pencegahan varian baru selain varian Delta,” terangnya.
Sementara untuk pergerakan kargo, Saut berpendapat kemungkinan juga akan terganggu karena adanya kemungkinan mobilitas ekonomi atau perdagangan lewat laut karena disrupsi varian baru bagi industri manufaktur di berbagai asal-tujuan barang global. Khususnya di negara-negara yang sedang menghadapi timbulnya omicron di negaranya.