Bisnis.com, JAKARTA — Penerapan ekonomi sirkular menemukan momentumnya seiring tren industri hijau dan rendah emisi. Sayangnya, hal itu belum berbanding lurus dengan kemampuan industri, khususnya minuman untuk mengolah bahan daur ulang yang sesuai dengan standar pangan.
Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) mencatat paling tidak baru ada tiga perusahaan industri yang memiliki fasilitas daur ulang dengan standar pangan. Satu perusahaan sudah mulai memproduksi, satu lainnya masih dalam proses pembangunan dan akan beroperasi pada tahun depan, sedangkan sisanya akan mulai uji coba pada 2022.
Ketua Umum Asrim Triyono Pridjosoesilo mengatakan dorongan pemerintah akan penerapan sirkular ekonomi di industri minuman harus diiringi dengan dukungan terhadap industri daur ulang.
"Perlu ada kebijakan yang mendukung industri daur ulang agar mau berinvestasi di food grade recycle plastic," kata Triyono saat dihubungi Bisnis, Rabu (22/12/2021).
Ketersediaan bahan baku daur ulang dengan kualitas food grade terpantau masih rendah. Dia memperkirakan, dari seluruh kemasan polietilena tereftalat (PET)yang terbuang, sebanyak 50-60 persen berhasil dikumpulkan dan didaur ulang.
Namun, sebagian besar yang terkumpul itu tidak standar pangan dan dimanfaatkan sebagai bahan poliester dan rayon di industri tekstil.
Baca Juga
Masih ada potensi pengumpulan PET sekitar 40 persen, terutama di daerah-daerah dengan infrastruktur pengumpulan sampah yang belum memadai. Hal inilah yang perlu menjadi perhatian pemerintah, baik pusat maupun daerah.
"Bagaimana mendorong kota-kota kecil untuk memiliki mekanisme pengumpulan sampah, pemilahan sampah. Sehingga botol-botol bekas bisa dipilah dan dikirimkan ke pusat industri daur ulang sehingga menjadi bahan baku," jelasnya.
Tingkat kesiapan industri daur ulang akan mendukung upaya perusahaan industri besar yang telah dan berencana menyerap bahan bekas pada proses produksinya.