Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Jumbo, Pemerintah Dorong Swasta Terlibat Pengembangan EBT

Kementerian ESDM memproyeksikan kebutuhan investasi untuk pembangkit listrik energi terbaru mencapai US$1.043 miliar atau sekitar US$25 miliar per tahun, setara Rp350 triliun. 
Suasana PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 di Tompaso, Kabupaten Minahasa, Jumat (13/3/2020). PGE menargetkan pengeboran sumur semi eksplorasi untuk pembangunan PLTP Unit 7 dan Unit 8 akan dimulai pada Semester II/2020. Bisnis/Lukas Hendra.
Suasana PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 di Tompaso, Kabupaten Minahasa, Jumat (13/3/2020). PGE menargetkan pengeboran sumur semi eksplorasi untuk pembangunan PLTP Unit 7 dan Unit 8 akan dimulai pada Semester II/2020. Bisnis/Lukas Hendra.

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah mendorong keterlibatan swasta dalam pengembangan kapasitas listrik nasional sebesar 40 gigawatt (GW) termasuk diantaranya EBT 20,9 GW pada 2030. Pasalnya investasi pada pengembangan pembangkit menyentuh Rp350 triliun per tahun. 

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Chrisnawan Anditya mengatakan bahwa pengembangan pembangkit tidak dapat sepenuhnya mengandalkan publik. 

“Sehingga kita dorong partisipasi swasta. Ini juga tercermin di dalam rencana usaha penyediaan tenaga listrik [RUPTL] PLN 2021 - 2030,” katanya saat Bisnis Indonesia Business Challenges, Kamis (16/12/2021). 

Berdasarkan RUPTL terbaru, tambahan pembangkit listrik akan didominasi oleh EBT sebesar 51,6 persen atau 20,9 GW. Sedangkan energi fosil berkontribusi 48,4 persen atau 19,6 GW. 

Dalam pengembangannya, PT PLN (Persero) direncanakan membangun 9,1 GW PLT EBT atau 43,7 persen dari total 20,9 GW PLT EBT. Sementara pihak swasta direncanakan membangun pembangkit sebesar 11,9 GW, termasuk porsi untuk pengembangan PLTS sebesar 63,7 persen. 

“Tentu dalam membangun tambahan pembangkit EBT hingga 2030, kita akan mendorong partisipasi swasta yang lebih luas,” ujarnya. 

Lebih lanjut, kementerian berupaya menciptakan iklim investasi lebih kondusif bagi investor. Beberapa di antaranya memberi sejumlah insentif, reposisi kewenangan pemerintah pusat dan daerah, memudahkan proses investasi hingga perizinan berbasis daring melalui Online Single Submission (OSS). 

“Dengan upaya ini kita harapkan menjadi daya tarik swasta melakukan investasi di dalam pengembangan EBT,” terangnya.

Adapun, Kementerian ESDM memproyeksikan kebutuhan investasi untuk pembangkit listrik energi terbaru mencapai US$1.043 miliar atau sekitar US$25 miliar per tahun, setara Rp350 triliun. 

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana memaparkan bahwa perkiraaan tersebut sesuai dengan kalkulasi tersebut khusus untuk pendanaan pada pembangkit listrik. 

“[Investasi] ini akan dimanfaatkan secara maksimum sumber energi terbarukan yang ada yang kita pahami sekarang,” katanya saat Bisnis Indonesia Business Challenges, Kamis (16/12/2021). 

Dalam paparannya, kebutuhan investasi pembangkit listrik ini didominasi oleh energi baru terbarukan. 70 persen pendanaan dioptimalkan untuk pengembangan hydropower, panel surya, pembangkit nuklir dan battery energy storage system (BESS).

Energi hidro atau pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) memakan investasi masing-masing US$230,04 miliar dan US$169,7 miliar. 

Kementerian memproyeksikan pengembangan listrik untuk PLTA mencapai 74,9 gigawatt (GW) dalam 40 tahun ke depan. Sementara PLTS ditargetkan mampu menyediakan daya 464,8 GW. 

Kemudian energi nuklir atau PLTN diproyeksi memakan dana hingga US$182,5 miliar untuk membangun pembangkit 34 GW. Sebaliknya, BESS memerlukan investasi sekurang-kurangnya US$119,8 miliar.

Total kebutuhan investasi US$1.042 miliar ini diproyeksi untuk mencapai kapasitas listrik 707,7 GW. Angka ini belum termasuk teknologi storage yang tengah dikembangkan dunia untuk pembangkit energi terbarukan. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper