Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengembangan EBT Fokus Pada Tiga Sumber, Energi Laut Nanti Dulu

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan fokus pemerintah pada pengembangan sumber energi dari surya, hidro, dan panas bumi. Sementara itu, energi dari laut masih menunggu pengembangan teknologi.
PLTS Terapung Cirata 145 MW yang terbesar di Asia Tenggara./BKPM
PLTS Terapung Cirata 145 MW yang terbesar di Asia Tenggara./BKPM

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan fokus pemerintah pada pengembangan sumber energi dari surya, hidro, dan panas bumi. Sementara itu, energi dari laut masih menunggu pengembangan teknologi.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa potensi energi terbarukan di dalam negeri cukup melimpah, namun belum dioptimalkan.

Data Kementerian ESDM menyebutkan bahwa potensi energi surya paling tinggi mencapai 3.295 GW dengan pemanfaatan 194 MW. Selain itu, energi hidro telah dimanfaatkan 6.432 MW dari potensi 94 GW.

Selanjutnya, bioenergi memiliki potensi 57 GW dan telah dimanfaatkan 1.923 MW. Adapun Bayu memiliki potensi 155 GW, namun pemanfaatannya baru 154 MW.

Adapun, panas bumi telah dimanfaatkan 2.186 MW dari potensi 24 GW. Terakhir, energi laut atau samudra masih belum dimanfaatkan sama sekali. Padahal potensinya mencapai 60 GW.

“Kami memberi fokus secara khusus pemanfaatan tenaga surya, hidro, dan panas bumi,” katanya saat Bisnis Indonesia Business Challenges, Kamis (16/12/2021).

Sebagai negara kepulauan, Dadan menyebutkan bahwa potensi energi dari laut tidak dapat dipandang sebelah mata. Pemanfaatan sumber energi laut cukup beragam, mulai dari energi pada gelombang, arus laut maupun perbedaan temperatur.

Dia menyebutkan bahwa pengembangan energi laut masih terkendala pada teknologi. Pasalnya, teknologi terhadap energi samudra masih dikembangkan di dunia.

Pemerintah menargetkan capaian karbon netral pada 2060 atau lebih cepat. Sebab itu, upaya transisi energi terus dikebut. Pun demikian, diakuinya bahwa karbon netral bukan berarti tidak ada lagi emisi karbon.

“Bukan artinya bahwa tidak ada emisi. Begitu ada emisi, harus ada sisi lain yang bisa menyerap emisi. Jadi satu sisi mengeluarkan emisi, di sisi lain ada yang menyerapnya,” terangnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rayful Mudassir
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper