Bisnis.com, JAKARTA – PT Indika Energy Tbk. (INDY) akan menyeimbangkan kontribusi pendapatan dari sektor batu bara dan non-batu bara di tengah upaya perusahaan menekan emisi karbon.
Wakil Direktur Indika Energy Azis Armand menyadari bahwa perubahan iklim merupakan suatu keniscayaan. Sebab itu, perusahaan berupaya melakukan penanganan dampak perubahan iklim dengan upaya dekarbonisasi pada portofolio dan operasional.
“Kami memiliki target Antara, yaitu 50 persen yang sudah saya sebutkan pendapatan yang seimbang antara batu bara dan non-batu bara,” katanya dalam Bisnis Indonesia Business Challenges, Kamis (16/12/2021).
Dari sisi portofolio, kata dia, emiten energi berkode INDY itu akan melakukan investasi pada sektor non-batu bara, dan divestasi pada sektor batu bara. Selain itu, dekarbonisasi juga dilakukan pada kegiatan operasional.
Azis menjelaskan bahwa kontribusi karbon terbesar yang dihasilkan perusahaan berasal dari operasional akibat kegiatan pembakaran fuel. Sebab itu, Indika berencana menekan konsumsi fuel tanpa mengorbankan produktivitas.
Kata dia, seluruh kegiatan produksi perusahaan hingga anak usaha dapat mengurangi penggunaan bahan bakar. Saat ini setidaknya 30–35 persen biaya produksi perusahaan dikontribusikan oleh pembakaran fuel.
Baca Juga
“Sehingga ketika kami melakukan efisiensi dengan menurunkan fuel consumption dan output yang sama. Harapannya, biaya produksi per ton akan menurun,” terangnya.
Kemudian, konversi turut dilakukan pada kendaraan operasional dengan beralih electric vehicle (EV). Pilot project itu juga diiringi dengan peningkatan wilayah reklamasi sebagai upaya menjaga lingkungan hidup.
Pada awal tahun, Indika menjalin joint venture dalam pengembangan PLTS atap yang dilakukan oleh Kideco Jaya Agung. Proyek tersebut menargetkan pengembangan EBT hingga 500 MWp pada 2025.
Kerja sama itu dilakukan Indika bersama pengembang solusi tenaga surya terdepan asal India, yakni Fourth Partner Energy dengan membentuk PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS). Di EMITS, Indika menjadi pemegang saham 51 persen.
Diperkirakan capex atau belanja modal yang digelontorkan untuk proyek tersebut berkisar US$250 juta hingga US$350 juta.
“Saat ini project pipeline kami hampir mendekati 40 MW, dan kami ingin pula berkontribusi bukan hanya kepada operasional, tapi kepada operasional klien kami,” terangnya.
Selain itu, INDY juga turut berupaya menggunakan teknologi baru dalam aktivitas operasional hingga menerapkan carbon credit offset.