Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apindo Optimistis Tingkat Konsumsi Pulih Tahun Depan

Apindo melihat ada kemungkinan tingkat konsumsi akan kembali ke posisi sebelum pandemi pada tahun depan dengan 3 syarat, diantaranya penyebaran pandemi terus rendah, pengetatan mobilitas masyarakat minim dan pembatasan kegiatan usaha di seluruh sektor ditiadakan sepanjang tahun.
Karyawan menata buah yang di pajang di salah satu super market di Jakarta, Rabu (9/9/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan menata buah yang di pajang di salah satu super market di Jakarta, Rabu (9/9/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memproyeksikan pemulihan konsumsi masyarakat pada 2022 akan sejalan dengan prediksi peningkatan produktivitas nasional.

Wakil Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani mengatakan tingkat ketidakpastian akibat pandemi pada tahun depan akan menurun, sehingga mendongkrak pertumbuhan konsumsi.

"Kami proyeksikan pemulihan konsumsi masyarakat pada 2022 akan lebih tinggi daripada 2021," kata Shinta kepada Bisnis, Rabu (15/12/2021).

Bahkan, dia juga melihat ada kemungkinan tingkat konsumsi akan kembali ke posisi sebelum pandemi pada tahun depan dengan tiga syarat, diantaranya penyebaran pandemi terus rendah, pengetatan mobilitas masyarakat minim dan pembatasan kegiatan usaha di seluruh sektor ditiadakan sepanjang tahun.

Namun, Shinta menggarisbawahi bahwa hal itu merupakan skenario optimistis jika pandemi dapat sepenuhnya dikendalikan pada tahun depan. Jika pemerintah harus kembali melakukan pengetatan mobilitas dan pembatasan operasi usaha, proses normalisasi konsumsi dan pemulihan daya beli akan melambat dari perkiraan,

"Karena secara esensi daya beli dan konsumsi masyarakat hanya akan terdongkrak secara maksimal ketika kegiatan ekonomi masyarakat meningkat secara signifikan," ujarnya.

Sementara itu, untuk insentif yang diperlukan guna menjaga daya beli dan konsumsi, lanjut Shinta, bergantung pada fase pandemi dan bentuk kebijakan pengendalian yang diterapkan pemerintah.

Dalam skenario optimistis jika pemerintah dapat menjaga upaya pengendalian pandemi sehingga tidak terjadi gelombang ketiga, bentuk intervensi kebijakan yang diperlukan yaitu dari sisi suplai, berupa stimulus penurunan suku bunga pinjaman dan peningkatan efisiensi biaya usaha di sektor-sektor yang saat ini tidak banyak minat investasinya.

Hal itu dapat dilakukan melalui reformasi struktural, stimulus kemudahan pembiayaan ekspor, penyederhanaan prosedur pengapalan, dan lain-lain.

Dengan demikian, pelaku usaha akan terstimulasi untuk meningkatkan kinerja usaha, ekspor, dan memperluas investasi serta lapangan kerja.

"Secara tidak langsung, daya beli dan konsumsi masyarakat pada tahun depan bisa meningkat secara konsisten seiring dengan normalisasi kinerja ekonomi secara keseluruhan," kata Shinta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper