Bisnis.com, JAKARTA -- Nilai impor Indonesia pada November 2021 mencapai US$19,33 miliar, naik 18,62 persen secara bulanan atau 52,62 persen dibandingkan dengan November 2020. Kenaikan impor terjadi di seluruh golongan barang dan dinilai menjadi indikasi berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menjelaskan impor bulanan Indonesia terus menunjukkan kenaikan dalam 2 tahun terakhir. Sampai November 2021, impor bulanan selalu lebih tinggi daripada 2020 kecuali pada Januari 2021.
“Semua bulan naik kecuali Januari. Januari 2021 lebih rendah daripada Januari 2020,” katanya dalam konferensi pers, Rabu (15/12/2021).
Berdasarkan penggunaan barang, impor pada November juga memperlihatkan kenaikan baik secara bulanan (month-to-month/mtm) maupun secara tahunan (year-on-year/yoy). Kenaikan tertinggi terlihat pada impor barang konsumsi yang naik 25,89 persen dibandingkan Oktober 2021 atau naik 53,84 persen yoy menjadi US$2,00 miliar.
Impor bahan baku/penolong tercatat naik 16, 41 persen dibandingkan dengan Oktober 2021 atau tumbuh 60,49 persen dibandingkan dengan November tahun lalu. Nilai impor bahan baku/penolong mencapai US$14,33 miliar.
“Peningkatan impor November baik secara bulanan maupun tahunan untuk kelompok barang konsumsi dan bahan baku atau penolong menunjukkan ekonomi domestik makin baik. Baik untuk konsumsi maupun bahan baku penolong yang mengindikasikan sektor-sektor industri sudah mulai meningkat dan ada perbaikan,” kata Margo.
Impor barang modal juga tumbuh 25,17 persen dibandingkan dengan Oktober 2021 atau naik 23,09 persen dibandingkan dengan November 2020 menjadi US$3,00 miliar.
“Untuk barang modal bagi industri juga makin bagus dalam kaitannya untuk peningkatan kapasitas produksi barang dan jasa. Ini menunjukkan pemulihan terjadi dan ini jadi indikasi bagus ekonomi domestik,” katanya.
Berdasarkan golongan barang, kenaikan impor terbesar terjadi pada impor mesin dan perlengkapan elektrik yang bertambah US$425,5 juta, mesin/perlengkapan mekanis naik US$418,0 juta, dan produk farmasi naik US$187,8 juta.
BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus sebesar US$3,51 miliar. Namun capaian surplus ini lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada Oktober 2021 yang mencapai US$5,74 miliar.