Bisnis.com, JAKARTA - Penerapan diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) terbukti menggairahkan kinerja industri otomotif.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan penjualan ritel periode Januari-September 2021 sebesar 600.344 unit, atau naik 47,36 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 407.390 unit.
Meski demikian, Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kementerian Perindustrian Muhammad Taufiq mengatakan dampak berganda pada industri ban belum terlalu signifikan. Hal itu lantaran masa penggunaan ban mobil yang biasanya berkisar 12 hingga 18 bulan.
"Sehingga diperkirakan dampak relaksasi PPnBM tersebut baru akan terasa optimal ketika konsumen melakukan penggantian ban mobil setelah penggunaan 12-18 bulan," kata Taufiq, kepada Bisnis, Selasa (7/12/2021).
Namun, Taufiq menyebut bagi industri ban yang menjadi mitra original equipment manufacturer (OEM) kebijakan tersebut cukup memberikan dampak yang positif. Hal itu karena penjualan ban OEM yang disuplai ke merek otomotif sejalan dengan kenaikan penjualan mobil.
Selain mencatatkan kenaikan penjualan di dalam negeri, Gaikindo juga mencatat terjadi peningkatan ekspor completely built-up (CBU) sebesar 33 persen menjadi 207 unit.
Baca Juga
Sementara itu, menurut catatan Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI), volume produksi ban nasional dapat mencapai 193 juta unit pada tahun ini. Pertumbuhannya diperkirakan sebesar 30 persen hingga 40 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Adapun utilisasi produksi saat ini sudah mencapai kondisi normal seiring dengan pelonggaran aktivitas masyarakat.
Ketua Umum APBI Azis Pane menjelaskan dari jumlah tersebut, sekitar 79,5 juta unit merupakan ban roda empat, 80 juta unit untuk sepeda motor, dan sisanya 33 juta unit untuk sepeda.
Azis yang juga menjabat Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) mengatakan pertumbuhan produksi ban sejalan dengan kenaikan serapan karet alam yang akan mencapai 590.000 ton sepanjang tahun ini. Angka itu tumbuh 7,27 persen dibandingkan dengan serapan tahun lalu sebesar 550.000 ton.
Mengenai proyeksi serapan karet pada tahun depan, Azis belum dapat memastikan karena situasi industri yang masih diliputi ketidakpastian, khususnya terkait penyebaran Covid-19 varian omicron.
Namun demikian, jika situasinya membaik, angka serapan karet pada 2022 bisa tumbuh tipis 1 persen hingga 2 persen.