Bisnis.com, JAKARTA - PT PLN (Persero) menargetkan pembangunan pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) sebesar 10,6 Giga Watt (GW) hingga 2025. Di samping itu, perseroan terus menjalankan program efisiensi PLTU untuk mencapai target bauran.
Executive Vice President of Engineering and Technology PLN Zainal Arifin menyebutkan bahwa dari 10,6 GW pembangkit EBT baru di 2025, 1,4 GW diantaranya merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), dan 3,1 GW berupa Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Sementara itu porsi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) 1,1 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 3,9 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) 0,5 GW dan Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBio) 0,6 GW.
"PLN telah memetakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung program percepatan carbon neutral 2060. salah satunya adalah peta jalan pengembangan pembangkit EBT sesuai dengan RUPTL 2021-2030 ini," katanya dalam keterangan resmi, Sabtu (4/12/2021).
Untuk mendukung program itu, perusahaan setrum mendorong anak usaha yang bergerak di sektor engineering, PT PLN Enjiniring, untuk menggalakkan inovasi. Upaya ini mengingat pembangkit EBT di masa mendatang akan menjadi base load dari sistem kelistrikan nasional.
Menurutnya, transisi menciptakan model baru, dari sistem yang tersentralisasi ke sistem yang desentralisasi, investment driven menjadi lebih budget friendly, operasional secara terpusat menjadi lebih fleksibel, IT dari sekadar support menjadi AI dan machine learning.
"Dan terakhir yang tidak kalah penting, dari mayoritas menggunakan bahan bakar fosil menjadi sumber terbarukan yang ramah lingkungan," terangnya.
Dia berharap perusahaan tersebut dapat mengembangkan metode untuk mendukung perkembangan teknologi yang dibutuhkan oleh proses transisi energi. Di samping itu, enjiniring juga dituntut untuk mampu mengembangkan grid PLN yang sudah beroperasi agar lebih smart dan fleksibel.
“Langkah ini penting agar beragam pembangkit variable renewable energy (VRE) ketika sudah beroperasi nantinya dapat disalurkan kepada pelanggan dengan kualitas yang dapat diandalkan,” terangnya.
Variable Renewable Energy (VRE) adalah sumber energi terbarukan yang tidak dapat terkoneksi dan tersinkronisasi langsung (undispatchable) dengan jaringan listrik karena sifatnya yang berfluktuasi, seperti tenaga angin dan tenaga surya.
Berbeda dengan sumber energi terbarukan yang dapat dikontrol dan relatif konstan (dispatchable) seperti pembangkit listrik tenaga air atau geothermal.
Di sisi lain, Direktur Utama PLN Enjiniring Didik Sudarmadi pun menangkap optimisme dunia dalam menyongsong transisi energi global yang mengarah kepada energi baru terbarukan dan Karbon Netral.
Hanya saja, situasi pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai, ditambah krisis energi beberapa negara di dunia masih belum diketahui dampaknya terhadap program transisi energi ini.