Bisnis.com, JAKARTA – Kendala logistik berkepanjangan akibat kelangkaan kontainer yang menyebabkan ongkos pengapalan melambung mendorong pasar dalam negeri jadi tumpuan pemulihan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri.
Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) menyatakan bahwa permintaan pasar ekspor yang cukup besar masih terganjal kendala logistik.
Sekjen APSyFI Redma Gita Wirawasta mengatakan, momentum pemulihan yang didorong tumbuhnya pasar dalam negeri harus dijaga dari dampak penyebaran Covid-19 varian omicron.
“Kami masih bisa ekspor, tetapi untuk dinaikkan agak susah meskipun demand-nya besar. [Pasar] lokal yang menjadi tumpuan utama, jangan sampai kita kena PPKM gara-gara omicron,” kata Redma kepada Bisnis, Minggu (5/12/2021).
Sementara itu, kinerja ekspor dan utilisasi produksi sejauh ini belum terdampak penyebaran varian omicron di berbagai negara. Namun, penyebaran omicron di Amerika Serikat dan Uni Eropa patut diwaspadai, mengingat dua kawasan itu merupakan pasar utama ekspor tekstil Indonesia.
“Kalau omicron menyerang ke sana, dan ada restriksi-restriksi, itu yang kami khawatir,” ujarnya.
Baca Juga
Di dalam negeri, kata dia, pihaknya mendukung penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 3 pada libur Natal dan Tahun Baru, khususnya untuk membendung masuknya varian omicron ke Indonesia.
Terlebih, meski sudah terjadi perbaikan, kondisi industri TPT secara umum masih terdampak pukulan pandemi yang menggerus modal kerja.
Dengan penerapan pembatasan dan strategi antisipasi yang tepat, diharapkan tidak terjadi gelombang pandemi selanjutnya di dalam negeri yang berimbas pada mandeknya perekonomian.
“Jangan sampai [pasar] lokalnya collapse. Kalau lokal collapse agak susah lagi [untuk tumbuh], kan masih berdarah-darah gara-gara kemarin, modal kerjanya juga seret,” jelasnya.