Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Omicron Merebak, Kemenperin Yakini Industri Tekstil & Alas Kaki Tak Akan 'Demam'

Dengan pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat, serta derasnya limpahan pesanan ekspor. Kinerja industri TPT pada tahun ini ditargetkan dapat mencapai pertumbuhan positif.
Pekerja perempuan memproduksi alat pelindung diri sebuah perusahaan garmen saat kunjungan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah di Jakarta, Rabu (1/7/2020). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Pekerja perempuan memproduksi alat pelindung diri sebuah perusahaan garmen saat kunjungan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah di Jakarta, Rabu (1/7/2020). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja industri berorientasi ekspor seperti tekstil dan alas kaki diyakini tak akan tergerus penyebaran Covid-19 varian omicron yang telah menyebabkan pembatasan di sejumlah negara.

Direktur Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian, Elis Masitoh mengatakan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) telah teruji sejak pandemi gelombang kedua pada tengah tahun ini.

Melalui kebijakan Izin Operasional Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI), sektor esensial berorientasi ekspor dapat tetap beroperasi dengan pengaturan jumlah karyawan dan protokol kesehatan lainnya.

"Juga monitoring lewat aplikasi PeduliLindungi, sehingga dengan adanya varian omicron, kami tetap optimistis industri garmen dan alas kaki masih bisa mempertahankan utilisasi dan memaksimalnya kinerja ekspornya," kata Elis kepada Bisnis, Jumat (3/12/2021).

Elis melanjutkan, pesanan ekspor garmen dan alas kaki untuk 2021 dan 2022 sudah dimulai sejak tahun lalu. Hal itu menjadikan kecilnya peluang terjadi penurunan pesanan.

Selain itu, industri dalam negeri juga masih menikmati limpahan pesanan dari Vietnam dan Bangladesh yang tengah mengalami lonjakan kasus dan dilanda lockdown. "Indonesia adalah negara yang bisa menjamin suplai produk-produk global brand," ujarnya.

Pertumbuhan industri tekstil dan pakaian jadi masih berada di level negatif selama tiga kuartal berturut-turut, meski terjadi penurunan kontraksi. Pada kuartal III/2021, pertumbuhan industri tercatat -3,34 persen, sedangkan pada kuartal II/2021 sebesar -4,54 persen dan triwulan pertama -13,28 persen.

Dengan pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat, serta derasnya limpahan pesanan ekspor. Kinerja industri TPT pada tahun ini ditargetkan dapat mencapai pertumbuhan positif.

Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) bahkan memproyeksikan pertumbuhan industri sebesar 10 persen pada tahun depan didukung situasi pasar yang kondusif dan kebijakan pengendalian impor yakni bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) garmen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper