Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan komoditas batu bara dan minyak goreng menjadi pemicu kenaikan inflasi yang mencapai 0,37 persen pada November 2021 secara bulanan (month-to-month/mtm).
Secara tahunan, tingkat inflasi pada periode tersebut tercatat mencapai 1,75 persen (year-on-year/yoy). Sementara, secara tahun kalender inflasi mencapai 1,30 persen (year-to-date/ytd). Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan torehan tingkat inflasi itu menjadi pencatatan tertinggi sepanjang 2021.
“Selama 2021, ini merupakan inflasi yang tertinggi. Sementara, secara tahunan inflasi pada November tercatat 1,75 persen, ini juga tertinggi sepanjang 2021,” kata Margo saat memberi keterangan pers secara daring, Rabu (1/12/2021).
Berdasarkan catatan BPS, inflasi tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai 9,03 secara tahun kalender atau naik 1,09 pada November 2021. Secara tahunan, inflasi itu mengalami kenaikan sebesar 3,32.
“Penyebab inflasi di sektor ini karena adanya kenaikan harga di komoditas batu bara,” kata dia.
Sementara itu, inflasi yang terjadi pada sektor industri dipicu akibat kenaikan harga harga minyak goreng, telur ayam ras, dan tarif angkutan udara, yang memberikan andil tertinggi terhadap inflasi, masing-masingnya sebesar 0,08 persen, 0,06 persen, dan 0,05 persen.
Tingkat inflasi pada sektor industri itu secara tahun kalender sebesar 3,11 atau mengalami kenaikan 0,35 pada November 2021. Secara tahunan, inflasi itu mengalami kenaikan sebesar 3,32.
Sebelumnya, Analis Goldman Sachs Group Inc., memperkirakan inflasi di Asia akan meningkat lebih jauh pada 2022 seiring dengan kesenjangan produksi dan harga bahan baku yang mahal.
"Kami tidak mengira tekanan inflasi terjadi begitu cepat sehingga [bank sentral] mendorong kenaikan suku bunga yang besar," tulis analis Andrew Tilton dalam sebuah catatan yang diterbitkan pada Rabu (1/12/2021), seperti dikutip Bloomberg.
Bank investasi ini memperkirakan indeks harga konsumen naik di atas perkiraan konsensus pada 2022. Dengan harga pangan yang lebih tinggi, juga akan mendorong lonjakan ini.
Kekhawatiran inflasi telah meningkat di tengah tingginya harga energi dan gangguan rantai pasok. Kondisi itu telah menyebabkan kenaikan harga melebihi ekspektasi di negara-negara ekonomi utama Asia dalam beberapa bulan terakhir.