Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Samuel Sekuritas: Pasar Ekspektasi Inflasi November Tembus 1,7 Persen

Ekspektasi pasar itu turut dipengaruhi oleh naiknya inflasi harga konsumen (consumer price index/CPI) di Asia Tenggara.
Pedagang menata sayuran yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020)./ ANTARA - Sigid Kurniawan
Pedagang menata sayuran yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020)./ ANTARA - Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA — Samuel Sekuritas menyatakan bahwa pasar berekspektasi inflasi November 2021 akan naik menjadi 1,7 persen, sejalan dengan tren kenaikan di Asia Tenggara.

Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi menjelaskan bahwa dunia usaha menantikan pengumuman inflasi November 2021 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (1/12/2021).

Menurut Lionel, dunia usaha berekspektasi bahwa inflasi pada November 2021 akan meningkat dari posisi bulan sebelumnya. Hal tersebut seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi yang meningkatkan permintaan dan produksi.

"Ekspektasi pasar inflasi naik menjadi 1.7 persen [year-on-year/YoY] pada November 2021 dari 1.66 persen YoY pada Oktober 2021," tulis Lionel dalam risetnya, Selasa (30/11/2021).

Ekspektasi pasar itu turut dipengaruhi oleh naiknya inflasi harga konsumen (consumer price index/CPI) di Asia Tenggara. Misalnya per Oktober 2021, inflasi di Singapura naik menjadi 3,2 persen dari bulan sebelumnya 2,5 persen, lalu di Malaysia naik ke 2,9 persen dari bulan sebelumnya 2,2 persen.

Selain inflasi, para pelaku pasar pun menantikan data terbaru Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur. Sebelumnya, PMI Manufaktur naik ke 57,2 pada Oktober 2021 dan melanjutkan tren ekspansif.

Adapun, Samuel Sekuritas menilai bahwa penyebaran varian Covid-19 omicron dan putusan Mahkamah Konstitusi terkait Undang-Undang (UU) Cipta Kerja menjadi sentimen utama yang memengaruhi kondisi investasi Indonesia saat ini.

Menurut Lionel, investor global mengkhawatirkan adanya penutupan (lockdown) di berbagai negara untuk mencegah penularan virus. Hal itu pun turut menjadi sentimen negatif bagi kondisi investasi di Indonesia saat ini.

"Investor global mengalihkan aset mereka dari saham dan komoditas ke surat utang pemerintah sebagai reaksi atas pemberitaan mengenai varian omicron," tulis Lionel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper